Dalam masa tanggap darurat, pemerintah masih fokus pada sejumlah kebutuhan utama di pengungsian, seperti pangan, selimut, pakaian, dan obat. Setelah tanggap darurat selesai, anggaran untuk pembangunan rumah akan dikucurkan.
Dari Jakarta hari ini, Kamis (11/7), dilaporkan pemerintah akan memberikan bantuan kepada seluruh korban gempa di Aceh yang rumahnya rusak. Santunan itu besarnya tergantung berat atau ringan kerusakan.
Pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis bahwa saat ini pendataan kerusakan rumah akibat gempa Aceh masih terus dilakukan. Diharap, semua data tuntas dan bisa dikunci pada hari Jumat (12/7).
Sesuai dengan instruksi Presiden, besok merupakan hari terakhir bagi pemerintah setempat untuk menyerahkan data terkait jumlah kerusakan bangunan akibat hentakan gempa Aceh. Data tersebut nantinya dijadikan acuan untuk mengambil langkah strategis rehabilitasi dan rekonstruksi perumahan warga.
Sebagian masyarakat pun telah berupaya mulai memperbaiki sendiri rumahnya. BNPB akan melakukan verifikasi terhadap kerusakan rumah yang diusulkan Pemda. Demi mempercepat, mekanisme pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dengan membentuk kelompok masyarakat.
Mekanisme ini telah berhasil diterapkan BNPB dalam rehabilitasi dan rekonstruksi kasus pascagempa Sumbar (2009), pascaerupsi Merapi (2010). Dengan adanya rumah, masyarakat menjadi cepat melenting balik dan pulih dari dampak bencana.
Bantuan kurang merata
Sementara itu bantuan lembaga, dunia usaha, internasional, dan masyarakat terus menyalurkan melalui posko-posko berbagai bantuan bagi pengungsi gempa dua kabupaten: Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Salah satunya seperti PT Garuda Indonesia yang melalui kegiatan "Garuda Indonesia Peduli", pada Kamis (11/7), memberikan layanan pengobatan gratis kepada para korban bencana alam sebanyak 604 orang (149 KK) di titik lokasi pengungsi Kampung Bah, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah yang rata-rata bermata pencaharian petani kopi.
Tim Medis Garuda Indonesia juga memberikan bantuan yang sama di lokasi pengungsi di Kecamatan Timang Gajah, Bener Meriah.
Dalam kegiatan tersebut, selain memberikan pelayanan kesehatan, Garuda Indonesia juga memberikan bantuan natura berupa bahan makanan pokok dan peralatan mandi bagi total 1.200 orang pengungsi.
Sayangnya, menurut pengamatan National Geographic Indonesia di lokasi, pendistribusian bantuan logistik dan bantuan lainnya masih tidak merata. Kepala Kampung Bah, Selamat Shah, mengatakan, "Sebelumnya sembako dalam jumlah besar ini belum pernah kami terima."
Selamat juga berujar, dalam keadaan ini warga amat butuh layanan kesehatan. "Penyebab penyakit-penyakit yang kami rasakan terutama karena kami merasa stres, kami rentan jadi emosional. Di samping penyakit-penyakit yang timbul karena sanitasi buruk di pengungsian—diare, muntaber, dan lain-lain."
"Kami sebisa mungkin mendistribusikannya kepada masyarakat yang belum tersentuh bantuan," ungkap Nano Setiawan, General Manager Garuda Indonesia cabang Aceh.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR