"Ini bukan kura-kura kecil," kata Darla Zelenitsky, ahli paleontologi di University of Calgary, diwartakan oleh National Geographic.
Temuan fosil embrio tidaklah umum karena jaringan halus dan tulang hewan yang sedang berkembang mudah rusak seiring waktu. Zelenitsky menuturkan, terlebih kura-kura, dibanding dinosaurus ia lebih jarang karena berukuran kecil dan memiliki cangkang yang tipis.
Embrio fosil ini membantu tim mengidentifikasi telur kura-kura lain, termasuk dalam kelompok yang sama untuk perilaku bersarang purba dan adaptasi evolusioner mereka.
Kurator paleontologi vertebrata di Denver Museum of Nature and Science, Tyler Lyson, mengatakan bahwa penemuan satu embrio kura-kura purba ini merupakan petunjuk yang menjanjikan. Masih banyak lagi yang menunggu untuk ditemukan. "Itu hanya masalah waktu," ucapnya.
Baca Juga: Kumbang Spesies Baru yang Terjebak di Tinja Selama 230 Juta Tahun!
Saat Han dan Jiang pertama kali melihat fosil telur itu, terlihat sepasang tulang kurus dari celah salah satu sisi dan menjadi petunjuk penemuan embrio itu.
Saat beralih ke lab, para peneliti memindai telur dengan micro-computed tomography (CT) yang menggunakan sinar-X untuk mengintip permukaan fosil yang halus dan berbatu. Hasilnya, terlihat jalinan tulang terputus-putus di dalam telur. Tim lalu merekonstruksi setiap tulang dalam tiga dimensi dan kemudian secara virtual merakit kerangka kecil tersebut.
Raul Diaz, ahli biologi evolusi reptil di California State University mengatakan bahwa secara keselutuhan, embrio ini amat mirip dengan kura-kura moderen. Ia menunjuk ke tulang rusuk datar embrio yang mengeras saat kura-kura tumbuh untuk membentuk struktur cangkang pelindungnya.
Baca Juga: Misteri Tas yang Terlihat pada Banyak Ukiran Kuno di Penjuru Dunia
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR