Penulis: Sunarto/WWF-Indonesia
Harimau sumatra memiliki beberapa sifat yang menarik untuk ditelisik. Sifat dan atribut itu biasanya hanya dilihat sebagai fakta belaka. Jarang kita mencoba memahami kemungkinan asal-muasal atau proses pembentukannya.
Penalaran ekologi yang saya sampaikan ini tentu saja tidak harus diterima sebagai hal mutlak. Banyak hal yang sangat bisa diperdebatkan. Justru dengan diskusi ini diharapkan akan menggugah pemikiran dan penalaran-penalaran baru. Dengan demikian, pemahaman kita tentang harimau dan fenomena alam pada umumnya akan lebih memdalam.
Mari kita lihat salah satu keunikannya dibanding harimau yang hidup di luar Sumatra, yakni ukuran tubuhnya yang relatif kecil. Ya, inilah sifat fisik yang membuat harimau sumatra menjadi anak-jenis kucing besar yang terlihat paling "imut". Sepertinya hanya harimau bali yang bisa menyaingi keimutannya. Sayangnya harimau Pulau Dewata itu sudah lama punah.
Mengapa harimau sumatra bisa memiliki ukuran tubuh yang kecil? Kita bisa menduga-duga dengan beberapa hipotesa. Yang pertama, mungkin ini bentuk penyesuaian dengan kondisi alamnya, khususnya dengan suhu udara rata-rata yang panas di dekat ekuator.
Mungkin Anda lalu bertanya, apa hubungannya iklim yang panas dengan ukuran tubuh yang kecil? Hal itu mungkin bisa dijelaskan dengan Teori atau Dalil Bergmann (Bergmann's Rule). Carl Bergmann, Biolog Jerman abad 19 itu, mempelajari mekanisme adaptasi organisme untuk menjaga atau memancarkan panas tubuh.
Ditemukan bahwa organisme, khususnya yang berdarah-panas seperti unggas dan mamalia, yang hidup di daerah beriklim dingin, cenderung memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan individu dari jenis yang sama yang tinggal di daerah panas.
Penjelasan dari fenomena tersebut adalah bahwa organisme yang berukuran tubuh besar akan menyebabkan rasio yang lebih antara permukaan tubuh dengan volumenya. Dengan demikian, panas yang dikeluarkan per volume tubuh akan lebih kecil untuk satwa bertubuh besar, yang sangat diperlukan untuk hidup di daerah dingin.
Sebaliknya, satwa yang hidup di daerah beriklim panas, perlu dapat mengeluarkan panas hasil metabolisme tubuhnya secara lebih efisien dan membantu menyejukkan.
Bila penjelasan tersebut belum cukup meyakinkan, ada penjelasan kedua yang dapat ditawarkan, yakni terkait dengan keberadaannya di sebuah pulau. Menurut pemahaman umum teori biogeografi, semakin besar ukuran pulau, semakin besar pula daya dukung lingkungannya.
Pulau yang besar tidak hanya dapat menampung lebih banyak jenis, namun juga kemungkinan dapat mendukung kehidupan jenis-jenis tersebut untuk tumbuh menjadi besar. Menariknya, meskipun pas untuk menjelaskan fenomena harimau bali, penjelasan ini tidak konsisten dengan fakta bahwa harimau jawa (yang juga sudah dinyatakan punah), ternyata memiliki ukuran tubuh rata-rata yang lebih besar dibandingkan dengan harimau sumatra.
Wah, jadi apa ya kira-kira yang menyebabkan harimau sumatra memiliki ukuran tubuh relatif kecil begitu? Jangan menyerah dulu, masih ada satu lagi hal yang mungkin dapat menjelaskan fenomena tersebut. Sebelumnya harus kita pahami dulu kebutuhan hidup harimau. Salah satu kebutuhan utamanya adalah satwa mangsa.
Nah, meskipun Pulau Sumatra memiliki luas yang lebih besar dari Jawa, ternyata satwa mangsa berukuran besar justru seperti banteng, ternyata lebih banyak tersedia di Jawa.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR