Chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya yang berasal dari dan disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus lewat gigitannya.
Pencegahannya pun hampir sama dengan penyakit demam berdarah dengue (DBD), yaitu mencakup 3M: menguras bak mandi, menutup benda-benda yang bisa menampung air, dan menimbun barang-barang yang tidak terpakai.
Perbedaan chikungunya dengan DBD terletak pada virusnya, yakni virus chikungunya dan virus dengue. Untuk membedakannya pun agak susah karena semua infeksi virus akan menyebabkan demam (tinggi) mendadak sampai 40 C. namun, pada DBD gejalanya disertai shock karena terjadi kebocoran pembuluh darah. Sedangkan chikungunya tidak demikian.
Gejala penyakit chikungunya tergantung usia penderita. Pada orang dewasa, gejalanya ditandai dengan nyeri persendian dan deman tinggi mendadak. Demam berdarah juga bisa memunculkan nyeri persendian walau gejalanya tidak terlalu intens. Pada anak, gejala chikungunya hanya demam tinggi.
Penderitanya biasanya merasakan sakit pada seluruh badan dan kepala pusing. Namun mereka hanya akan diobati secara simtomatik, yaitu sebatas gejalanya. Karena penyebabnya virus, maka bakal sembuh sendiri.
Virus chikungunya biasanya akan berinkubasi dalam jangka waktu 5 – 7 hari. Memasuki hari ke-8, biasanya sudah mulai sembuh. Tergantung tingkat kekebalan masing-masing orang. Pada usia dewasa yang tidak mempunyai riwayat penyakit yang lain, biasanya bakal sembuh dalam waktu 7 hari.
Sistem kekebalan tubuh tergantung pada pola hidup seseorang. Jika menjalani pola hidup sehat dan asupan makanan bergizi seimbang, ditambah olahraga, kemungkinan sakitnya tidak akan lama.
Meski tidak menyebabkan kematian, penderita chikungunya bisa mengalami kelumpuhan sementara akibat serangan pada otot-otot persendian.
Rasa sakit yang tinggi pada beberapa titik organ, seperti siku, pergelangan tangan, jari-jari kaki yang amat intens, menyebabkan penderitanya tidak bisa bergerak.
Sebagai penyakit tropis, chikungunya bersifat endemis, bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Karena itu kondisi lingkungan paling menentukan tingkat kerentanan persebaran chikungunya.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR