Ancaman virus H7N9 ternyata belum berakhir. Malah, hasil analisis mendalam terhadap kasus di China menunjukkan virus ini menular antarmanusia.
Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam British Medical Journal (BMJ). Penelitian ini menganalisis kasus penularan di sebuah keluarga di Cina bagian timur dan bukti-bukti menunjukkan terjadi penularan virus ini dari pasien (usia 60 tahun) kepada anak perempuannya.
Meski hasil penelitian ini tidak berarti H7N9 sebentar lagi akan menjadi pandemi flu, hal ini seharusnya meningkatkan kewaspadaan. Virus ini belum menular antarmanusia secara efektif. Ini berarti risikonya untuk menjadi pandemi masih rendah.
Virus flu burung baru ini sebelumnya tidak menulari manusia. Namun, menurut WHO, sejauh ini sudah 133 orang di Cina dan Taiwan tertular dan 43 orang di antaranya meninggal dunia.
Kebanyakan korban tertular setelah mengunjungi pasar unggas atau melakukan kontak dengan unggas dalam 7-10 hari sebelum sakit.
Riset yang dipimpin Chang-jun Bao dari Jiangsu Province Centre for Disease Control and Prevention ini dimulai pada Maret 2013. Kedua pasien (ayah dan anak) berasal dari Cina bagian timur.
Pasien pertama (ayah) sering datang ke pasar unggas dan menjadi sakit lima sampai enam hari setelah paparan terakhir. Kemudian, ia dibawa ke rumah sakit pada (11/3/2013), kemudian dipindahkan ke ICU pada (15/3). Pasien meninggal pada (4/5) akibat gagal organ.
Pasien kedua adalah anak perempuannya yang sehat berusia 32 tahun dan tidak pernah melakukan kontak dengan unggas. Namun, pasien kedua selalu merawat ayahnya di rumah sakit sebelum dipindah ke ICU.
Pasien kedua mengalami gejala flu burung pada enam hari setelah kontak terakhir dengan ayahnya. Ia dibawa ke rumah sakit pada (24/3) dan dipindahkan ke ICU pada (28/3). Pasien kedua meninggal karena kegagalan sejumlah organ pada (24/4).
Strain virus yang diisolasi dari setiap pasien secara genetik sangat mirip sehingga kemungkinan besar virus tersebut telah menular langsung dari ayah ke anak.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR