Selain penambahan genetik, cacing es juga memiliki "termostat" seluler yang memungkinkan produksi ATP dilanjutkan saat dingin. Pada dua perubahan yang digabungkan menjelaskan bahwa cacing es memiliki konsentrasi ATP seluler yang jauh lebih tinggi daripada kebanyakan makhluk. Hal ini menjelaskan bagaimana mereka mempertahankan tingkat energi di cuaca yang beku.
Baca Juga: Spesies Baru Laba-Laba Ini Diberi Nama Mirip Vokalis Rock dan Joker
Lang merencanakan eksplorasi lebih lanjut soal teori lain tentang tingkat energi mereka yang tinggi. Cacing itu penuh dengan melanin, pigmen yang sama dengan manusia untuk melindungi kulit dari radiasi UV. Namun pada cacing es, melanin ditemukan di seluruh tubuh, seperti otak, usus, dan otot.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa melanin mungkin dapat memanen energi dari radiasi matahari dalam beberapa situasi. Lang menduga, ini mungkin terjadi pada cacing es.
Cacing es hanya hidup di gletser pesisir dan tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Meskipun spesies serupa telah ditemukan di Tibet. Selain itu, cacing es berkembang pada 32 derajat Fahrenheit, mereka tidak dapat mentolerir suhu yang jauh di bawah itu.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR