Wabah penyakit kulit atau cangkang yang melanda industri lobster di New England, sebuah kawasan di timur laut negeri Paman Sam semakin meluas, khususnya ke arah utara, ke deaerah Maine, yang kaya akan lobster. Penyakit tersebut menyebabkan lobster menjadi buruk rupa, bahkan menjadi tak layak jual.
Tahun lalu, hanya tiga dari seribu ekor lobster terdeteksi memiliki penyakit. Namun sejumlah ilmuwan dan nelayan khawatir karena penyebarannya meningkat lima kali lipat antara tahun 2010 sampai 2012 lalu.
Sekitar satu dari tiga atau empat ekor lobster yang ditangkap di selatan Massachusetts dan Rhode Island mengidap penyakit yang untungnya tidak berbahaya bagi manusia tersebut.
Di Maine, beberapa tahun lalu para pengamat menemukan satu dari setiap 2.000 ekor lobster terdeteksi mengidap penyakit. Angkanya meningkat menjadi empat dari 2.000 ekor di tahun 2011 dan enam dari 2.000 ekor lobster di tahun 2012.
Carl Wilson, pakar pengamat lobster dari Department of Marine Resources menyebutkan, meski tak perlu panik, namun kita tetap perlu khawatir dengan angka-angka tersebut. "Orang yang melihat persentasenya bisa mengatakan 'wah, itu peningkatan yang besar," ucap Wilson.
"Sebenarnya tidak, apalagi mengingat sampling dan kekurangan dari metode yang digunakan. Tetapi itu tetap merupakan sesuatu yang kita amati," ucapnya.
Industri perikanan di perairan New England sendiri telah terpukul oleh penyakit yang disebut sebagai epizootic shell, yang disebabkan oleh bakteri yang memakan cangkang lobster dan mengakibatkan luka yang sangat jelek. Lobster yang menderita penyakit tetap bisa diproses, namun tak laku dijual di pasar lobster hidup yang harganya lebih mahal.
Penyakit yang menyerang tersebut juga membuat lobster menjadi stress dan kadang menyebabkan kematian, meski bakteri yang menyerang tidak merusak daging hewan yang bersangkutan.
Menurut Kathy Castro, seorang biolog dari University of Rhode Island Fisheries Center, penyakit cangkang lobster ini juga bisa berkaitan dengan sejumlah faktor lain seperti meningkatnya temperatur air, polusi, dan rendahnya level oksigen di air.
"Lobster muda bisa terbebas dari penyakit tersebut saat mereka melepaskan cangkang lamanya dan menumbuhkan cangkang baru. Adapun lobster betina yang sedang bertelur memiliki potensi serangan terbesar karena mereka tidak menumbuhkan cangkang saat mengandung telur," ucap Castro.
"Lobster bisa mati saat infeksi menjadi semakin buruk dan mencegah para lobster berganti kulit," ucapnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR