Setidaknya ada 15 orang penyelam. Terdiri dari 12 orang warga Arborek dan tiga orang rekanan Githa dan Marsel sebagai pemilik Arborek Dive Shop. Mereka menyelam persis dibawah jetty (dermaga) kampung, dekat dengan program transplantasi karang milik Githa dan Marsel.
"Kami mengikuti arahan terlebih dahulu, lalu gladi resik. Dikarenakan arus yg cukup deras jadi kami harus berjuang dibawah laut untuk tidak menginjak atau menghancurkan karang," jelas Githa memaparkan proses penyelaman.
Saat menyelam, kondisi bawah air mencapai suhu 30 derajat selsius dengan jarak pandang yang amat baik. Pemandangan cantik karang acropora cervicunis, karang meja, acropora micropthalma, dan montipora di Yafkeru (kebun karang dalam bahasa Biak) pun terlihat jelas. Kebun karang itu dibuat untuk mengajarkan masyarakat dan turis akan potensi lain di bawah jetty kampung.
Selama ini, Arborek memang menjadi tujuan wisata sekaligus konservasi biota laut di Rajaampat. Bahkan beberapa tahun kebelakang banyak peneliti yang tinggal di Arborek. Entah melakukan studi untuk lanjut S2 maupun mengumpulkan data tentang mobilitas dan perkembangan pari manta.
Nama Arborek sendiri diberi oleh para leluhur yang terinspirasi dari pohon menjalar dengan bunga berwarna kunging dan buah yang berduri. Borek sendiri artinya duri dalam bahasa Betew.
Selain para penyelam dan orang dewasa, banyak anak-anak ikut meramaikan kegiatan tersebut. Menurut Githa, acara ini juga memiliki pesan moral untuk generasi penerus.
"Sesulit apapun, lakukan yang terbaik untuk menunjukan identitas kita sebagai warga negara Indonesia. Dan semangat ini yg harus ditanam sejak dini, melibatkan mereka dalam setiap kegiatan 17-an, mengenalkan lagu-lagu wajib serta nama nama pahlawan Indonesia agar mereka mau menghargai sejarah bangsa Indonesia," tuturnya.
"Merdeka memperjuangkan pendapat, bertanggung jawab untuk segala tindakan/konsekuensi yang dihasilkan. Merdeka untuk terus menyuarakan bahwa Papua adalah bagian dari Indonesia," Githa menjelaskan makna merdeka bagi warga Arborek.
Snak-anak di Arborek juga mahir berbahasa Inggris. Mereka mengikuti kegiatan belajar setiap hari Sabtu dan Minggu dari para relawan Kitong Bisa Rajaampat. Berbeda kelas, berbeda juga teknik belajarnya. Untuk kelas satu dan dua diajarkan cara menulis, kelas tida dan empat diajarkan soal angka, dan kelas lima dan enam menyampaikan percakapan dalam bahasa Inggris.
Baca Juga: Jangan Hanya Berhenti di Dermaga Wahai 'Traveler Jetty' di Rajaampat
Source | : | Wawancara Githa Anathasia |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR