Tujuannya agar pengelola mengerti betul standar kebun binatang yang ideal. "Kami juga melakukan pelatihan rutin tentang konservasi dan perawatan satwa agar SDM di kebun binatang memiliki keahlian," kata Tonny.
Jadi prioritas
Tudingan pengelola kebun binatang melalaikan satwa peliharaannya dibantah Humas Kebun Binatang Ragunan, Wahyudi Bambang. Dalam kasus Ragunan, menurut Wahyudi, pengelola menempatkan peran konservasi dan edukasi pada urutan paling atas dan fungsi rekreasi di tempat paling akhir untuk memastikan hewan terpelihara baik.
"Perawatan satwa terjadwal, dibersihkan kandangnya, diberi makan secara rutin, dan penjaga satwa selalu memperhatikan perilaku mereka. Jika ada perubahan perilaku, mereka langsung berkonsultasi dengan dokter hewan," katanya.
Kesulitan yang dialami para penjaga kebun binatang, menurutnya, terletak pada upaya memberi pengertian pengunjung untuk tidak memberi makan binatang.
"Kita sudah menghalangi, memberi papan peringatan. Tetapi beberapa masih melakukan. Padahal makanan manusia itu bisa mengganggu pola makan hewan."
Wahyudi juga membantah kebun binatang bermasalah dengan urusan dana. Ragunan, menurut Wahyudi memperoleh subsidi pemerintah ditambah pendapatan dari penjualan tiket pengunjung yang jumlahnya ditentukan targetnya per hari.
Harga tiket kebun binatang terbesar kedua Asia ini, dipatok Rp4.500 untuk pengunjung dewasa. Baca juga: Mampukah Kita Merawat Satwa Langka?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR