Senin (16/9), Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatra Utara, masih mengeluarkan semburan asap. Meskipun kian tipis dibandingkan dengan hari sebelumnya, status gunung itu masih Siaga level III.
Kepala Subbidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat Hendra Gunawan, mengatakan, pihaknya masih memantau aktivitas Gunung Sinabung setidaknya hingga dua minggu ke depan. Status Siaga III belum diturunkan karena sewaktu-waktu gunung itu bisa mengalami letusan kreatik atau letusan kecil, seperti yang terjadi pada Minggu (15/9) dini hari.
Wilayah letusan berada di dalam radius tiga kilometer dari kawah gunung. Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api masih tetap merekomendasikan desa dengan radius tiga kilometer dari kawah untuk dikosongkan, yakni Desa Sukameriah, Kecamatan Payung Karo.
Pertimbangan sejauh tiga kilometer itu untuk mengantisipasi luncuran awan panas yang berpotensi disemburkan Sinabung, seperti yang terjadi 400 tahun lalu. Warga desa lain diperbolehkan pulang ke desanya, dengan catatan harus terus memantau informasi kebencanaan.
Namun, Senin, sebagian besar pengungsi enggan ulang karena masih trauma dengan letusan Minggu dini hari. Ina br Tarigan (42), warga sekitar Sinabung, menuturkan, ia trauma. "Tak ada peringatan dini. Bangun pukul 03.00, melihat api dari gunung. Suara bergemuruh seperti keluar adri tanah. Lari kami semua," ujarnya.
Ina menunjukkan luka di kakinya yang menghitam karena jatuh dari sepeda motor saat mengungsi. Salomo Ginting (33), warga lainnya, meminta Pemerintah Kabupaten Karo teliti mengelola gunung.
"Alatnya kini banyak, tetapi tak bisa mendeteksi gunung kapan akan meletus. Gunung yang bangunkan kami, bukan peringatan dini," katanya.
Menurut Hendra, letusan tipe kreatik tidak bisa dideteksi alat. Letusannya kecil sebab ada di permukaan. Suara gemuruhnya memang bisa membuat warga panik. Hingga Senin (16/9) petang tercatat 6.259 warga mengungsi akibat letusan Sinabung. Mereka tersebar di beberapa tempat.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR