Seniman jalanan wanita pertama di Afganistan ini pernah menjadi pengungsi di Iran pada 1998. Saat itu Taliban masih memegang kekuasaan di Afganistan. Selama di pengungsian, ia bertekad bahwa suatu hari nanti ingin membuat pencapaian dengan menciptakan karya seni seperti grafiti, ataupun mural yang mewakili perasaannya. Sekembalinya dari pengungsian, pada 2005, ia pun memulai untuk mewujudkan tekadnya itu di Afganistan.
Selesai mengadakan acara gelar seni rupa di Universitas Kabul, ia mulai menapaki awal impiannya. Ia menjadi dosen seni rupa dan patung. Dari situlah ia mulai mengenalkan karya-karya seniman jalanannya, yang diantaranya bercerita tentang nasib perempuan kepada publik. Aktivitasnya ini menjadi pusat perhatian, bahkan menuai pujian secara internasional. Ia dicatat sebagai contoh dari generasi baru wanita Afganistan.
"Di masa lalu, wanita dikeluarkan dari masyarakat dan mereka ingin wanita hanya tinggal di rumah dan ingin melupakan wanita. Sekarang, saya ingin menggunakan lukisan saya untuk mengingatkan orang tentang perempuan,” ungkapnya dalam sebuah wawancara pada 2013.
Baca Juga: Peralihan Kekuasaan Taliban di Afganistan: Nelangsa Nasib Cendekiawan
“Saya telah mengubah citra saya untuk menunjukkan kekuatan wanita. Dalam karya seni saya, ada banyak gerakan. Saya ingin menunjukkan bahwa perempuan telah kembali ke masyarakat Afganistan dengan bentuk baru yang lebih kuat. Bukan wanita yang tinggal di rumah. Ini adalah wanita baru. Seorang wanita yang penuh energi, yang ingin memulai lagi. Anda dapat melihat bahwa dalam karya seni saya, saya ingin mengubah bentuk wanita. Saya melukis mereka lebih besar dari kehidupan nyata. Saya ingin mengatakan bahwa orang-orang melihat mereka secara berbeda sekarang,” demikian tekadnya.
Namun, melihat situasi Afganistan saat ini, keadaan perempuan kembali genting. Hassani menuangkannya dengan warna-warna lukisan yang baru. Seperti contoh dalam lukisannya berjudul ‘Death to Darkness’ dan ‘Nightmare’ yang sangat jelas sekali menunjukkan ungkapan perasaannya yang terdalam. Dia melihat apa yang akan terjadi pada nasib perempuan di bawah kekuasaan Taliban.
Baca Juga: Berulang Kali Kuasai Afganistan, Apa yang Sebenarnya Taliban Inginkan?
Dalam salah satu karyanya, ia menggambarkan Taliban sebagai warna kegelapan, hitam, yang menyelimuti dalam bentuk sosok seram dan mengancam. Sedangkan sosok yang mewakili wanita dalam karyanya ia melukiskannya dengan busana berwarna biru, berjilbab, dan membawa bunga dalam pot hitam. Tampak bunga dandelion yang melayang tertiup angin, yang mengisyaratkan sebuah keinginan yang tertiup jauh keluar jangkauan.
Kabar terbaru dari Associated Press, bila Taliban berkuasa, perempuan akan diwajibkan kembali ke sekolah dan bekerja, walaupun banyak laporan yang mengatakan kebalikan dari pernyataan tersebut. Bahkan juru bicara Taliban sendiri Zabihullah Mujahid juga mengatakan bahwa perempuan akan dihormati di bawah kekuasaan mereka. Namun kepastiannya masih belum jelas. Banyak wanita Afganistan yang takut dan khawatir tentang masa lalu mereka akan kembali terulang saat ini. Tidak sedikit di antara mereka yang turun ke jalan untuk melakukan aksi protes.
Shamsia Hassani akan terus menerbitkan karya-karya barunya. Ia berharap, suara hati dalam gambarnya itu dapat didengar oleh banyak orang. Dia juga bercita-cita untuk dapat mewujudkan impiannya tentang nasib masa depan kaum wanita Afganistan.
Baca Juga: Sejarah Taliban yang Membangun Negara Islam Fundamental di Afganistan
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | mymodernmet.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR