Kementerian Pertanian RI mendapat alokasi dana dari pengalihan subsidi BBM sebesar Rp50 triliun.
Selain untuk rehabilitasi jaringan irigasi, dana sebesar itu akan dimanfaatkan untuk bantuan benih, alat dan mesin pertanian, serta penanganan pascapanen.
Hal itu disampaikan Menteri Pertanian Amran Sulaiman di sela-sela peninjauan jaringan irigasi, Selasa (18/11) di Kabupaten Lamongan dan Tuban, Jawa Timur. Peninjauan itu dilakukan dalam rangka pengecekan serta inventarisasi jaringan irigasi dan lahan pertanian terkait program optimalisasi dan rehabilitasi jaringan irigasi 1 juta hektare pada 2015.
Dana Rp50 triliun yang berasal dari pengalihan subsidi BBM akan diberikan secara bertahap. Pada 2015, dikucurkan Rp15 triliun untuk perbaikan jaringan irigasi 1 hektare. Selanjutnya, pada 2016 dan 2017, direhabilitasi lagi jaringan irigasi masing-masing 1 juta dan1,3 juta hektare.
Dengan demikian, pada 2017, seluruh jaringan irigasi yang rusak seluas 3,3 juta hektare (52 persen) selesai diperbaiki dengan total anggaran Rp50 triliun.
Saat ini, Mentan hanya akan fokus pada target pencapaian swasembada pangan, terutama beras, jagung, kedelai, gula, dan daging sapi. (Baca: Menyelesaikan Masalah Fundamental Pangan)
Dalam dialog dengan petani, Amran selalu mengajak petani giat berproduksi dan menyampaikan segala persoalan yang menghambat produksi.
Masih sawah tadah hujan
Subagyo, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Serang, Banten, mengatakan total luas sawah di Kabupaten Serang sekitar 450.000 hektare.
Luas sawah yang masih mengandalkan hujan mencapai 60 persennya, atau sekitar 27.000 hektare. (Baca juga: Petani Terapkan Irigasi Inovatif, demi Selamatkan Air)
"Kalau sawah beririgasi, bisa panen tiga kali per tahun. Sawah tadah hujan hanya satu kali per tahun. Karena itu, potensi kehilangan panen bisa dihitung," ungkap Subagyo.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR