Huh?
Seberapa sering kita mendengar kata itu dalam satu hari? Bunyi yang terucap sebagai kata itu bisa dikatakan memiliki arti universal.
Studi baru menjelaskan, dari sekian banyak bahasa manusia di seluruh Bumi, kemungkinan sepatah 'huh' menyatukan kita. Perannya krusial dalam kebingungan yang terjadi saat percakapan dengan satu atau lebih partisipan tak berbicara bahasa yang sama.
Para peneliti linguistik dari Max Planck Institute for Psycholinguistics Belanda, melakukan studi ini dengan menyambangi kota-kota dan desa-desa nan terpencil di lima benua, serta menjumpai penutur asli 10 bahasa berbeda. Dan "Huh?" selalu dapat mengena.
"'Huh', kata dalam bahasa Inggris, memang terlihat sebagai pengisi kata. Atau, lebih terdengar seakan-akan seperti dengusan, seperti "mm-hmm". Tapi sangat berperan penting dalam pembicaraan," ujar Herbert Clark, seorang psikolog di Stanford University. Ia mempelajari bahasa.
Clark mengatakan, di momen seseorang kurang mencerna informasi dari lawan bicara dan komunikasi jadi terputus, di situlah dibutuhkan ada sebuah cara memperbaiki dengan sederhana, mudah dan cepat. "Kebutuhan itu universal, tidak jadi soal percakapan jenis apa yang sedang terjadi. Dapat dipungkiri Anda berkomunikasi tanpa kemampuan untuk membuat ralat apa yang dikatakan," lanjutnya.
"Masalahnya "Huh?" sering sekali menjadi semacam tempelan belaka dalam kalimat, sehingga statusnya tidak terlalu ditunjukkan," tambah Nick Enfield, pakar antropologi linguistik yang turut melakukan studi ini, menerangkan.
Lebih unik lagi, 'huh' hampir bisa dipastikan tercipta melalui proses independen berulang kali. Menurut para ilmuwan, kata ini berkembang untuk tujuan yang spesifik. Sebab itulah 'huh' bisa berarti sama dalam berbagai macam bahasa.
Detail studi telah dipublikasikan di jurnal PLOS ONE, 8 November.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR