Nationalgeographic.co.id—Sebuah penelitian dari para ilmuwan dari McMaster University menemukan bahwa klorpirifos yang terkandung dalam banyak pestisida yang digunakan di seluruh dunia bertanggung jawab terhadap krisis obesitas global. Senyawa tersebut dapat memperlambat pembakaran kalori dalam jaringan adiposa coklat berdasarkan hasil uji terhadap tikus.
Para peneliti di Hamilton, Kanada tersebut menemukan bahwa senyawa tersebut yang dilarang digunakan pada makanan dan produksi pertanian di Kanada, tetapi disemprotkan secara luas pada buah-buahan dan sayuran di banyak bagian dunia lainnya. Senyawa tersebut terbukti dapat memperlambat pembakaran kalori dalam jaringan adiposa coklat pada tikus.
Hal itu berarti, mengurangi pembakaran kalori ini, sebuah proses yang dikenal sebagai termogenesis yang diinduksi diet. Proses itu terjadi ketika tubuh memproduksi panas beberapa saat setelah makan yang berperan untuk meningkatkan laju metabolik dalam tubuh, yang akan meningkatkan pengeluaran energi. Itu berarti, ketika proses itu terhambat, maka dapat menyebabkan tubuh menyimpan kalori ekstra ini, yang menyebabkan obesitas.
Pada penelitian tersebut, para ilmuwan menemukan bukti tersebut setelah mempelajari 34 pestisida dan herbisida yang umum digunakan dalam sel lemak coklat dan menguji efek klorpirifos pada tikus yang diberi diet tinggi kalori. Hasil penelitian penelitian tersebut telah dipublikasikan di Nature Communications dan dapat memiliki implikasi penting bagi kesehatan masyarakat.
Untuk diketahui, klorpirifos adalah pestisida organofosfat yang digunakan pada tanaman, hewan, dan bangunan, dan dalam pengaturan lain, untuk membunuh sejumlah hama, termasuk serangga dan cacing. Kerjanya pada sistem saraf serangga dengan menghambat enzim asetilkolinesterase. Senyawa itu, umum digunakan di banyak pestisida yang digunakan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Menurut penelitian ini, para peneliti mengonfirmasi bahwa senyawa tersebut dapat menghambat penggunaan energi dalam lemak coklat pada tikus uji. Lemak coklat adalah tungku metabolisme dalam tubuh kita, yang berfungsi untuk membakar kalori. Tidak seperti lemak normal yang digunakan untuk kemudian disimpan oleh tubuh, lemak ini akan menghasilkan panas dan mencegah kalori disimpan di tubuh kita sebagai lemak putih normal.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Obat yang Bisa Turunkan Berat Badan Secara Dramatis
"Kita tahu lemak coklat diaktifkan ketika (suhu) dingin dan ketika kita makan," kata penulis senior Gregory Steinberg, profesor kedokteran dan co-director Center for Metabolism, Obesity, and Diabetes Research di McMaster dalam rilisnya.
Ia menjelaskan, perubahan gaya hidup seputar diet dan olahraga jarang menyebabkan penurunan berat badan yang berkelanjutan. "Kami pikir sebagian dari masalahnya mungkin karena klorpirifos memanggil kembali tungku metabolisme ini," jelasnya.
Klorpirifos, menurutnya, hanya bisa menghambat penggunaan energi dalam lemak coklat sebesar 40 kalori setiap hari, dan dengan jumlah tersebut dapat memicu obesitas pada orang dewasa. Itu berarti dapat menjadi penambahan berat badan lima pon atau sekitar 2,2 kilogram per tahun.
Baca Juga: Para Ilmuwan Temukan Lemak Pada Paru-paru Orang Kelebihan Berat Badan
Di Kanada, mesti penggunaan klorpirifos pada makanan dilarang, tapi produk impor masih menggunakannya. Para peneliti yang berasal dari Kanada itu menyarankan, jika memungkinkan, masyarakat sebaiknya mengonsumsi buah dan sayuran dari sumber lokal. "Tapi jika mengonsumsi produk impor, pastikan dicuci bersih," ujar Steinberg.
Namun demikian, lanjutnya, temuan tersebut belum dikonfirmasi pada manusia dan masih perlu diteliti lebih lanjut. "Beberapa racun lingkungan termasuk klorpirifos telah dikaitkan dengan meningkatnya tingkat obesitas pada manusia dan hewan, sebagian besar penelitian ini telah menghubungkan kenaikan berat badan dengan peningkatan asupan makanan dan bukan pembakaran kalori," katanya.
Baca Juga: Hati-hati, Paparan Cahaya di Malam Hari Picu Obesitas dan Kanker
Source | : | Nature,McMaster University Press |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR