Siapa bilang nuklir selamanya mengancam kehidupan. Paparan radiasi nuklir bisa fatal, akan tetapi radioaktivitasnya dapat dimanfaatkan untuk banyak kebutuhan. Dengan pemanfaatan yang tepat, teknologi nuklir akan berperan penting terhadap berbacai macam kebutuhan manusia; dari pembenihan tumbuhan sampai terapi kanker bisa dilakukan dengan energi nuklir.
Kira-kira seperti itulah pesan yang tersirat saat acara pameran aplikasi nuklir “Atomos Day” yang digelar di Jakarta oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), akhir November 2013 lalu. Dalam pameran tersebut ditampilkan beragam pencapaian riset di bidang pemanfaatan energi nuklir.
Salah satunya adalah aplikasi nuklir untuk vaksin malaria. dr Tatin Rustin dari Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Batan—yang juga membuka stan pada pameran tersebut—menjelaskan, vaksin dihasilkan dari iradiasi sinar gamma terhadap Plasmodium sp, penyebab malaria.
Ada juga varietas unggul tanaman pangan pokok. Varietas unggul ini dihasilkan dengan memanfaatkan teknik radiasi dan pemuliaan tanaman. Varietas unggul tersebut dinamai kedelai Gamasugen 1 dan 2, sorgum varietas Pahat, dan gandung tropis varietas Ganesha-1. Kedelai Gamasugen dihasilkan dari iradiasi sinar gamma pada varietas Tidar, dan sangat cepat dalam berbuah.
Varietas Gamasugen 1 tahan hama kerat daun, sementara Gamasugen 2 tahan bercar daun. Kabarnya, keduanya ini sangat cocok sebagai bahan baku tempe. Varietas gandum Ganesha-1 dihasilkan lewat iradiasi sinar gamma para varietas terdahulu: WL-2265. Varietas ini bisa hidup di dataran tinggi dengan hasil panen rata-rata 5,4 ton per hektar. Secara angka, tentu saja lebih besar dari varietas gandung nasional yang menghasilkan rata-rata 4,6 ton per hektare, per panen.
Pemanfaatan teknologi nuklir juga sudah menyentuh produk pangan olahan, misalnya tahu. Pada tahu, iradiasi mematikan mikroba dalam makanan sehingga lebih awet. Jika tahu biasa hanya tahan dua minggu, tahu hasil iradiasi bisa bertahan hingga satu bulan.
Untuk bidang kedokteran, alat uji fungsi ginjal atau Renograf yang mulai dikembangkan sejak 1983 kini memasuki proses standardisasi. Salah satu tujuannya adalah supaya bisa diterima di pasar dan bisa diproduksi secara masal. Selain itu, juga dikembangkan alat terapi kanker rahim yang disebut Brakiterapi. Inilah fungsi teknologi, diharapkan bisa menjadi solusi jitu berbagai persoalan manusia.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR