Tiga negara Timur Tengah yaitu Yordania, Israel, dan Palestina menyepakati pakta pembagian air di Laut Mati yang volume airnya terus menyusut.
Berdasarkan kesepakatan ini, mereka akan membangun sebuah pipa untuk membawa air garam dari pabrik desalinasi di Laut Merah ke Laut Mati, sambil menyediakan air untuk kebutuhan minum warga di wilayah itu. Proyek seperti itu telah dibahas selama bertahun-tahun.
Kerja sama ini adalah juga sebuah langkah maju mengingat tidak berkembangnya pembicaraan damai antara Israel dan Palestina, kata wartawan BBC, Kevin Connolly di Yerusalem.
Perjanjian ini ditandatangani pada Senin (9/12) kemarin, di markas besar Bank Dunia di Washington, AS. Proyek ini diperkirakan akan menelan biaya sebesar USD250 juta hingga USD400 juta.
Proyek ini akan melibatkan pembangunan pabrik desalinasi di Yordania, yang diproyeksikan akan menghasilkan 80 hingga 100 juta kubik meter air tawar per tahunnya. Air ini disepakati akan didistribusikan ke wilayah-wilayah di tiga negara itu. Namun kritikus khawatir akan dampak rencana ini pada ekosistem Laut Mati yang rapuh.
Permukaan Laut Mati menurun sebanyak satu meter per tahun, menyusul air sungai Yordan yang telah habis untuk irigasi. Laut Mati sangat kaya akan garam dan mineral lainnya yang membuat orang dapat mengapung di permukaannya.
Daerah di sekitar Laut Mati hidup dari industri pariwisata dan industri kesehatan karena sifat unik air ini.
Tapi Laut Mati mengering dengan cepat, bahkan beberapa kalangan khawatir laut ini akan kering-kerontang pada 2050.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR