Yang dirombak total agar sesuai standar bintang lima kini adalah kamar-kamarnya. Dua kamar menjadi satu – dari 570 menjadi total 289 kamar. Sayap Ganesha kini menjadi Executive Club Wing. Daya tarik juga ditumpukan pada 7 restoran-café-bar dan 2 ballroom yang telah dibuka.
Sky Pool Bar CafeSky Pool Bar Café di sekitar kolam renang lantai atap dengan pemandangan jantung Jakarta, yang bisa dicapai dari lantai 17 sayap Ramayana meneruskan Nirwana Supper Club yang dulu menjadi tempat rendezvous favorit kalangan elite Jakarta.
Penghubung sayap Ramayana dan Ganesha kini diramaikan all-dining-day Signatures Restaurant berkonsep dapur terbuka, dindingnya dihiasi foto-foto ukuran besar para tamu negara, misalnya Soekarno dan John F Kennedy. Juga Lobby Nirwana Lounge, tetap dengan sajian legendaris : “Bubur Ayam HI” yang gurih oleh kuah kuning kaldu ayam dan kunyit, ditaburi cakwe, kerupuk, emping, bawang putih goreng dan abon.
Lidah juga ditawari melanglang ke Times Square Restaurant & Bar bergaya New York 1950-an, dan German Brauhaus dengan penyulingan mini anggur sendiri. Pavilion Ramayana Bar & Lounge dipersiapkan menjadi klub malam terpopular dengan panggung di tengah ruangan untuk hiburan musik hidup, bar yang ditinggikan dan sunken private outdoor lounge.
Kenangan tak terlupakan diwujudkan lewat Heritage Room, museum kecil untuk memajang benda-benda bersejarah di HI. Antara lain, proyektor film pertama Indonesia.”
Dulu Bali Room, ruang oval dengan 16 pilar seluas 1.000m2 dapat menampung 1.000 orang. Menjadi bioskop bertata suara terbaik di Jakarta sampai awal 1970-an. Di sini digelar pemutaran perdana film Sembilan (1968) arahan Wim Umboh, dan Batman (1972). Juga tempat kelahiran Teater Populer pimpinan Teguh Karya.
Dari HI, perlu 15 menit mencapai tujuan wisata terdekat seperti Monas, dan Museum Nasional. Atau Taman Menteng (2007) bekas Stadion Menteng Persija yang berdiri sejak 1921 dan dirubuhkan pada masa Reformasi. Revolusi memakan anaknya sendiri.
(*) Artikel ini dimuat di National Geographic Traveler Vol.I No.4, Edisi Khusus Fotografi Juni 2009.
13 Ribu Pendaki Sampai di Puncak Bulu Baria, Gunung Terbersih di Sulawesi Dikelola Bersama EIGER
Penulis | : | |
Editor | : | Kahfi Dirga Cahya |
KOMENTAR