Panas dan agresivitas. Para ilmuwan telah mendokumentasikan kesulitan manusia mengatasi panas yang ekstrem selama lebih dari satu abad. Banyak penelitian di laboratorium yang ditujukan untuk memungkinkan tingkat pengendalian yang tinggi.
Misalnya, beberapa dekade yang lalu, psikolog sosial Craig Anderson dan rekan-rekannya menunjukkan kepada mahasiswa empat klip video pasangan yang terlibat dalam dialog. Satu klip bernada netral, sementara tiga klip lainnya menunjukkan ketegangan yang meningkat di antara keduanya. Mahasiswa sarjana yang menonton klip tersebut masing-masing duduk di sebuah ruangan dengan termostat yang diatur ke salah satu dari lima suhu yang berbeda, mulai dari dingin 14 derajat Celsius hingga panas 36 derajat Celcius. Para peneliti kemudian meminta para mahasiswa untuk menilai tingkat ketegangan pasangan.
Anderson, dari Iowa State University di Ames, menemukan bahwa siswa di kamar yang hangat dan tidak nyaman, telah menilai semua pasangan, bahkan yang netral, lebih bermusuhan daripada siswa di kamar dengan suhu yang nyaman. Menariknya, mahasiswa di ruangan dingin yang tidak nyaman juga menilai pasangan lebih bermusuhan.
Baca Juga: Siapa Pelindung Data Pribadi Kita Jika Terjadi Kejahatan Peretasan?
Panas cenderung membuat orang lebih mudah marah, kata Anderson, yang temuannya muncul di Advances in Experimental Social Psychology. Dan sebagai hasilnya, "mereka cenderung menganggap segala sesuatunya lebih buruk saat sedang panas daripada saat mereka merasa nyaman."
Penelitian menunjukkan bahwa persepsi seperti itu dapat memberi jalan pada kekerasan ketika orang tidak memiliki jalan keluar. Akan tetapi "hipotesis agresivitas panas" ini sulit ditunjukkan di luar lab. Pasalnya, penghilangan efek panas dari variabel lingkungan atau biologis lain yang terkait dengan agresivitas sulit dilakukan di dunia nyata yang berantakan. Studi dalam beberapa tahun terakhir, bagaimanapun, telah mulai mengkonfirmasi ide tersebut.
Misalnya, dokumen Juli dari Biro Riset Ekonomi Nasional hampir menciptakan kembali tingkat kontrol yang ditemukan di laboratorium dengan berfokus pada narapidana di penjara Mississippi dan narapidana di penjara yang tidak memiliki AC.
Source | : | sciencenews.org |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR