Ekonom Anita Mukherjee dari University of Wisconsin–Madison dan Nicholas Sanders dari Cornell University mengamati tingkat kekerasan di 36 fasilitas pemasyarakatan selama 1 Januari 2004 hingga 31 Desember 2010. Secara keseluruhan, setiap fasilitas mengalami rata-rata sekitar 65 tindakan kekerasan per tahun.
Akan tetapi pasangan itu menemukan bahwa pada hari bersuhu panas di atas 27 derajat Celsius—yang terjadi sekitar 60 hari per tahun—kemungkinan kekerasan di antara narapidana naik 18 persen.
"Meskipun tampaknya tidak terlalu panas, sebagian besar hari-hari itu memiliki suhu maksimum rata-rata sekitar 34 derajat Celcius; pembacaan suhu tersebut juga tidak menjelaskan kelembapan tinggi daerah Mississippi," kata Mukherjee.
Selain itu, banyak fasilitas pemasyarakatan yang sudah tua di negara itu kekurangan AC dan ventilasi yang baik, dan suhu di dalam fasilitas seringkali melebihi suhu di luar.
Baca Juga: Begini Upaya Nazi Tutupi Kejahatan Mereka di Kamp Kematian Auschwitz
"Politisi sering berkata bahwa menyediakan narapidana dengan AC adalah masalah sepele," kata Mukherjee. “Ketika kita berhadapan dengan suhu lebih dari 120 derajat (Fahrenheit) di dalam penjara selama beberapa hari dalam setahun, itu menjadi masalah moral.”
Implikasi lebih jauh, Mukherjee dan Sanders memperkirakan bahwa kenaikan temperatur telah menghasilkan 4.000 tindakan kekerasan tambahan setiap tahun di fasilitas pemasyarakatan AS.
Penelitian juga menunjukkan bahwa kekerasan meningkat bersamaan dengan panas di luar penjara. Misalnya, selama periode Mei hingga September dari 2010 hingga 2017, kejahatan dan kekerasan di Los Angeles meningkat sekitar 5,5 persen pada hari-hari dengan suhu sekitar 24 derajat Celcius hingga 32 derajat Celcius dibandingkan dengan hari-hari dengan suhu di bawahnya. Mereka melaporkan temuan dalam Journal of Public Economics bahwa kejahatan dan kekerasan hampir 10 persen lebih tinggi pada hari-hari yang lebih panas.
Baca Juga: Daftar 20 Negara Teraman di Dunia, Bagaimana dengan Indonesia?
Source | : | sciencenews.org |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR