Nationalgeographic.co.id—Secara fisiologis, tubuh manusia tidak dibentuk untuk menangani panas di melebihi 35 derajat Celcius, atau sekitar 95 derajat Fahrenheit. Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa ketika panas membebani tubuh seseorang, kinerja mereka dalam berbagai tugas juga terganggu. Para peneliti telah menghubungkan panas yang ekstrem dengan peningkatan agresivitas, kemampuan kognitif yang lebih rendah, dan kehilangan produktivitas.
Dengan meningkatnya suhu global—dan rekor gelombang panas di penjuru dunia—dampak panas ekstrem pada perilaku manusia dapat menimbulkan masalah yang serius.
Bagi orang-orang dan negara-negara berpenghasilan rendah, dengan sumber daya terbatas untuk tetap tenang saat perubahan iklim memanaskan dunia adalah hal yang mustahil, kata para peneliti. “Efek fisiologis panas mungkin bersifat universal, tetapi cara manifestasinya […] sangat tidak setara,” kata ekonom R. Jisung Park dari UCLA kepada Sciencenews.
Source | : | sciencenews.org |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR