Cara paling sederhananya, seperti yang pernah dicoba filsuf Yunani kuno Thales dari Miletos, ketika menggesekkan batu amber wol, sehingga batu itu mendapatkan muatan listrik. Percobaan ini juga mungkin pernah Anda lakukan waktu bersekolah ketika rambut bisa menempel pada penggaris yang sudah digosokkan.
Meski demikian, "kayu pada dasarnya adalah triboneutral," ujar Guido Panzarasa pemimpin kelompok penelitian. Dia juga menjabat sebagai profesor di Wood Materials Science, Institute for Building Materials, Zurich, Swiss, dikutip dari Eurekalert.
"Itu berarti kayu tidak memiliki kecenderungan nyata untuk memperoleh atau kehilangan elektron." Inilah yang membatasi kemampuan material kayu untuk menghasilkan listrik. "Jadi tantangannya adalah membuat kayu yang mampu menarik dan melepaskan elektron," lanjutnya.
Baca Juga: Eksperimen Fusi Nuklir Pecah Rekor, Hasilkan Energi 10 Kuadriliun Watt
Dalam makalah itu, para ilmuwan melapisi bagian kayu dengan polydimenthylsiloxane (PDMS), silikon yang mendapatkan elektron saat mendapatkan kontak. Selain itu potongan kayu juga diberi nanocrystals yang ditanam di zeolitik imidazolate framework-8 (ZIF-8).
ZIF-8 adalah jaringan hibrida ion logam dan molekul organik yang memiliki kencerungan lebih tinggi untuk melepas elektron.
Para peneliti juga menguji berbagai jenis kayu untuk mengetahui jenis apa atau arah pemotongan kayu seperti apa yang dapat memengaruhi sifat triboelektriknya, agar berfungsi sebagai kerangka yang lebih baik pada lapisan.
Kayu dari pohon cemara yang dipotong secara radial—memotong sejajar pada jari-jari dan tegak lurus dengan lingkar pertumbuhan—dinilai sangat baik untuk nanogenerator triboelektrik itu. Jenis kayu ini umum sebagai kontruksi bangunan di Eropa.
Panzarasa menulis, papan kayu cemara dapat megnhasilkan listrtik 80 kali lebih stabil dari kayu listrik. Hasil penggunaan pada perangkat listrik juga stabil dengan energi hingga 1.500 siklus.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR