Setiap kali memasuki bulan Januari, banjir adalah kata yang familiar bagi warga Jakarta. Setiap tahunnya warga dituntut untuk bersiap menghadapi banjir.
Kita mungkin masih ingat dengan kejadian banjir yang mengepung kota Jakarta pada awal tahun 2013, tepatnya tanggal 17-19 Januari. Jalan Thamrin dan Sudirman yang berada di jantung ibu kota lumpuh. Ribuan rumah dibantaran Kali Ciliwung terendam banjir. Tak terhitung lagi besarnya kerugian harta dan jiwa.
Kini di 2014, banjir kembali menyapa warga Jakarta. Ribuan rumah terendam banjir namun tidak sampai melumpuhkan Ibukota.
Jadi apa beda hujan lebat di 2013 dengan 2014?
Pada kejadian banjir tahun 2013, hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat terjadi merata di Jakarta. Hasil pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika pada tanggal 17 Januari 2013, terdapat 9 titik lokasi pemantauan di wilayah Jabodetabek yang memantau curah hujan ≥100 mm/hari. Lokasi-lokasi tersebut adalah Tanjung Priok (118), Kemayoran (193), Pakubuwono (110), Halim Perdana Kusuma (148.2), Cengkareng (135), Kedoya (105), Gunung Mas (118.5), Pasar Minggu (134) dan Taman Mini (131). Sedangkan pada 12 Januari 2014 sebanyak 10 (sepuluh) lokasi pemantauan yaitu Halim Perdana Kusuma (104.2), Depok (147), Darmaga (102), Citeko (132), Pasar Minggu (100), Lebak Bulus (128), Taman Mini (171), Matoa (122), Mekarsari (132.5) dan Jagorawi (124.5) yang mencatat curah hujan lebih dari 100 mm/hari.
Namun demikian, dampak yang ditimbulkan oleh kejadian hujan lebat hingga sangat lebat pada Januari 2013 lebih dasyat dibandingkan Januari 2014. Hal ini dikarenakan jebolnya tanggul Kanal Banjir Barat di daerah Latuharhari serta tingginya curah hujan beberapa hari sebelumnya.
Di samping itu distribusi hujan dan lamanya hari hujan juga berbeda antara tahun 2013 dengan 2014. Pada tahun 2013 distrubusi hujan sangat lebat ≥100mm hampir diseluruh wilayah Jakarta, sedangkan tahun 2014 terkonsentrasi di penyangga kota Jakarta seperti Depok dan Bogor. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Selama periode musim hujan, Jakarta masih berpeluang diguyur hujan lebat. Kapan waktunya? Secara klimatologis puncak hujan lebat hingga sangat lebat umumnya terjadi pada akhir bulan Januari atau awal Februari. Puncak hujan lebat tidak selalu terkait dengan kejadian banjir karena banjir tidak hanya ditentukan oleh hujan lebat. Akan tetapi ditentukan oleh faktor-faktor lain.
Meskipun hujan lebat yang terjadi pada tanggal 11 dan 12 Januari 2014 telah menyebabkan banjir dibeberapa wilayah Jakarta bukan berarti hujan lebat telah mencapai puncaknya dan bukan berarti pula musim hujan telah berakhir.
Pantauan kondisi atmosfer pada tanggal 14 Januari 2014, telah muncul bibit badai tropis di Australia Utara yang akan mempengaruhi pola cuaca di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara termasuk Jakarta. Hal ini akan berpengaruh pada kondisi cuaca di Jakarta beberapa hari mendatang.
Apabila bibit badai tersebut berkembang menjadi badai tropis dan bergerak ke arah Samudera Hindia maka pada akhir minggu ini di wilayah Jakarta kecil kemungkinannya terjadi hujan lebat yang merata, tetapi masih berpotensi terjadi angin kencang.
Namun, apabila bibit badai tersebut bergerak ke daratan Australia maka di wilayah Jawa sampai Nusa Tenggara akan terbentuk pertemuan angin (konvergensi) yang mengakibatkan tumbuhnya awan-awan hujan yang intensif yang memungkinkan terjadinya hujan lebat di wilayah Jakarta.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR