Lebih dari 2.000 warga mengungsi akibat banjir bandang, longsor, dan gelombang tinggi yang melanda sekitar Manado, Sulawesi Utara, Rabu (15/1). Hingga pagi ini, Kamis (16/1) dilaporkan, banjir telah merenggut 13 korban jiwa, serta dua orang warga lainnya belum ditemukan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo mengatakan, hujan lebat dan angin kencang mengguyur Kota Manado sejak Selasa (14/1). Banjir terjadi di enam kabupaten/kota di Sulut secara bersamaan, yaitu Kota Manado, Minahasa Utara, Kota Tomohon, Minahasa, Minahasa Selatan, dan Kepulauan Sangihe. "Tercatat 11 kecamatan yang terdampak banjir di Kota Manado. Banjir terjadi di Kecamatan Sicala, Wenang, Singkil, Wanea, Tunginting, Paal Dua, Paal Empat, dan Bunaken," papar Sutopo dalam keterangan persnya.
Menurut Sutopo Purwo Nugroho, bencana ini terjadi akibat kombinasi antara faktor alam dan antropogenik yang memicu terjadinya banjir bandang dan longsor yang masif ini. Hujan deras dipicu oleh sistem tekanan rendah di perairan selatan Filipina yang menyebabkan pembentukan awan intensif.
Selain itu juga adanya konvergensi dampak dari tekanan rendah di Australia bagian utara, membuat awan-awan besar masuk ke wilayah Sulut.
Kota lumpuh
BPBD Sulawesi Utara, bersama BPBD Kota Manado, TNI, Polri, PMI, Basarnas, Tagana, SKPD, relawan, dan masyarakat masih melakukan evakuasi dan penanganan darurat. Warga untuk sementara dievakusi di Hotel Swissbell, Hotel Tengunpura, dan Kantor Wali Kota Manado.
Empat sungai di Kota Manado meluap dan menghanyutkan puluhan rumah dan kendaraan. Ketinggian banjir di bantaran sungai mencapai enam meter. Sedangkan di kota, ketinggian air sekitar 1,5 meter. Banjir juga menyebabkan empat jembatan putus.
Angin kencang terjadi di sekitar Manado hingga kecepatan 15-20 knot. Tinggi gelombang di perairan utara Mando 3-5 meter. Pantauan citra satelit menunjukkan awan masih banyak di sekitar Sulawesi Utara. Potensi banjir masih cukup tinggi. "Pendataan masih dilakukan. Pembaruan data akan disampaikan kemudian," ungkap Sutopo.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR