Kemampuan membuat alat makan telah diamati pada beberapa spesies sekarang, seperti primata dan korvida. Meskipun kakaktua memiliki banyak kesamaan dengan primata (seperti otak besar dan jaringan sosial yang kompleks), mereka dianggap sebagai hewan yang tidak mungkin untuk menunjukkan keterampilan seperti itu. Hal ini karena kaki mereka yang cekatan dan paruhnya yang tajam bisa melakukan sebagian besar tugas yang mungkin perlu dilakukan burung tersebut. pada dasarnya, alat makan yang mereka perlukan sudah ‘built-in’.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan di laboratorium mengamati kakaktua tanimbar menggunakan alat yang sudah jadi. Kemudian mereka juga mengamati perkembangan lanjutannya, yaitu saat burung itu membuat peralatan makannya sendiri. Akan tetapi, tidak jelas apakah perilaku tersebut merupakan hasil dari bias penangkaran—di mana hewan penangkaran mengungguli hewan liar dalam hal penggunaan alat.
Jadi O'Hara dan rekan-rekannya memutuskan untuk pergi ke Kepulauan Tanimbar dengan tujuan membuktikan apakah kakaktua ini menggunakan atau membuat alat di habitat alami mereka. Mereka memasang kamera di kanopi pohon tempat burung-burung berkumpul dan merekam hampir 885 jam pengamatan. Sayangnya, para peneliti tidak menemukan apa pun.
Kemudian, para peneliti membawa 15 burung liar ke kandang sementara yang mereka buat. Kemudia para peneliti menghujani kakaktua tanimbar liar dengan buah untuk melihat apa yang terjadi.
Mangga laut, atau buah Wawai (Cerbera manghas), mematikan bagi manusia. Akan tetapi, kakaktua tanimbar dilihat sedang menikmati bijinya. Mengekstrak biji-biji ini bukanlah prestasi yang berarti. Mereka terbungkus dalam lapisan tipis sari, dan memiliki lapisan keras yang sulit ditembus, bahkan untuk paruh tajam kakaktua.
"Kami telah melihat kakaktua bekerja selama berhari-hari untuk membuka kelapa muda. Fokus minat kami adalah pada sumber makanan yang membutuhkan metode yang agak rumit untuk mengekstrak pakan. Kami sekarang telah menemukan kemajuan dari sebuah biji yang berasal dari buah beracun ini," kata psikolog komparatif Berenika Mioduszewska dari Veterinary University di Wina. "Sangat mengesankan melihat kakaktua melakukan prestasi yang besar dengan keterampilan dan presisi yang luar biasa," lanjutnya.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR