Selain itu kepolisian juga menjadi gencar melakukan operasi besar-besaran terhadap pedofilia selama 1938-1939 di seluruh Hindia Belanda. Sekitar 200 pria, mayoritas orang Eropa dan pejabat tinggi, dicurigai melakukan pedofilia.
Saking gencarnya, banyak surat kabar yang mengikuti kasus, lantaran belum pernah sebelumnya ada operasi sebesar periode ini.
"Perburuan tersebut di muat dalam pemberitaan surat kabar di Hindia Belanda yang kemudian dikenal dengan istilah zedenschandaal (skandal asusila)," ungkapnya. "Selain istilah zedenscahndaal, pemberitaan surat kabar di Hindia juga menggunakan istilah-istilah seperti 'grote schoonmaak' (pembersihan besar-besaran), 'zedenschoonmaak' (pembersihan moral), dan 'reinigingsproces' (proses pembersihan/pemurnian) dalam artikel mereka.
Istilah itu dimuat dalam judul berita, seperti De Indische Courant tanggal 28 Desember 1938 yang menulis "Het zendenschandaal op West Java (Skandal asusila di Jawa Barat)" dan De Sumatra Post 7 Januari 1939 berjudul "Het zedenschandaal op Java (Skandal asusila di Jawa)".
"Hal yang mengherankan adalah pada periode sebelumnya tindakan ini dibiarkan karena yang menjadi sasaran adalah kegiatan prostitusi yang berhubungan dengan perdagangan perempuan dewasa dan anak," Achmad berpendapat.
Pada 1936, Christelijke Staaspartij (CSP) atau Partai Kristen di Volksraad memanfaatkan momen pemberantasan pedofilia, yang kebanyakan berhubungan dengan homoseksual, untuk memohon pemerintah untuk memberantasnya juga.
Mereka menganggap, pedofilia dan homoseksual sama-sama menyimpang dan berdosa. Perilaku homoseksual dianggap sebagai merendahkan martabat orang Eropa, dan harus lebih mulia dari pribumi.
"Ditambah lagi dengan kecemasan terhadap gejala perilaku penyimpangan seksual dari pejabat-pejabat tinggi Eropa serta untuk mengantisipasi gerakan pembersihan moral oleh masyarakat pribumi," ungkap Achmad. "Pengurus CSP melihat bahwa masyarakat Eropa perlu menunjukkan bahwa mereka sedang tidak melemah, tetapi justru bertambah kuat."
Baca Juga: Membedah Kondisi Psikologis dan Isi Kepala dari Penjahat Kelamin
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR