Serangan Mongol sangat haus darah. Catatan sejarah melaporkan bahwa pasukan penjajah dari Mongol tidak meninggalkan seorang pun hidup di Old Ryazan. Para arkeolog telah menemukan setidaknya hampir 100 kepala yang terpenggal dan beberapa kuburan massal di sana sejak saat itu.
Harta karun itu ditemukan di tepi hutan sebuah jurang beberapa ratus meter jauhnya dari dua permukiman kecil abad pertengahan yang pernah ada di sana. Para arkeolog juga menemukan sisa-sisa wadah silinder yang mungkin terbuat dari kulit kayu birch yang pernah menyimpan harta karun itu, menurut pernyataan dari Russian Academy of Sciences.
Harta karun itu terdiri atas 14 gelang berhias, tujuh cincin, dan delapan "hryvnias leher". Yang disebutkan terakhir adalah sejenis liontin yang dikenakan di leher yang dinamai dengan mata uang Ukraina modern. Berat total harta karun yang ditemukan ini adalah 4,6 pon atau 2,1 kilogram.
Baca Juga: Jejak Permukiman Mesolitik Berusia 10.000 Tahun Ditemukan di Rusia
Perhiasan itu dibuat dengan halus. Para arkeolog berpikir komposisi campurannya menunjukkan bahwa itu adalah harta dari suatu akumulasi kekayaan, bukan satu set perhiasan untuk kostum tertentu.
Praktik menyembunyikan harta untuk mencegah invasi Mongol menemukannya tampaknya telah relatif umum selama pengepungan wilayah Ryazan Lama. Ada lebih dari selusin harta karun tersembunyi yang kini telah ditemukan di dekatnya, termasuk Harta Karun Ryazan Lama yang terkenal. Harta karun itu berupa koleksi regalia kerajaan berhiaskan permata yang ditemukan secara kebetulan pada abad ke-19 dan sekarang dipajang di katedral terdekat.
Yang agak mengejutkan dari penemuan terbaru ini adalah harta karun baru ini tampaknya telah disembunyikan antara akhir abad ke-11 dan awal abad ke-12. Ini adalah perioder satu abad sebelum invasi Mongol. Perkiraan waktu disembunyikan harta karun ini didapatkan berdasarkan analisis gaya perhiasan dan keramik yang ditemukan di dekatnya, kata para arkeolog RAS.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR