Enam titik strategis di London, Inggris, akan menjadi lokasi bagi air mancur karya studio-studio arsitektur tenar asal Inggris, termasuk Zaha Hadid Architects, Hopkins Architects, Studio Weave, Eric Parry Architects, ADAM Architecture, dan Allford Hall Monaghan Morris (AHMM). Lokasi air mancur tersebut tersebar di Kensington, Soho, dan South Bank.
Karya-karya ini merupakan bagian dari tantangan desain AJ Kiosk. AJ bermitra dengan Turkishceramics meminta para studio arsitektur mendesain air mancur yang bisa diminum. Sesuai rencana, air mancur tersebut akan berada di pusat kota. Menurut AJ, keenam desain tersebut dipastikan "membuat orang menganga" karena begitu luar biasa.
Para arsitek bebas mendesain sesuai dengan imajinasi serta hasil eksplorasi mereka. Hanya, setiap air mancur harus menggunakan keramik Turki kontemporer. Mereka juga bisa mengasosiasikan desain pada kios-kios berselimut keramik yang tersebar di Turki pada abad ke-17.
"Kios-kios air mancur Ottoman Tradisional akan menjadi titik pertemuan, tempat berkumpul bagi berbagai komunitas untuk saling berhubungan," ujar arsitek proyek Saffet Kaya Bekiroglu dari Zaha Hadid Architects. Menurut Bekiroglu, keramik yang menyelimuti air mancur karyanya akan menerjemahkan perputaran air pada air mancur tersebut.
Karya mereka akan menjadi titik pertemuan baru di beberapa bagian London. Uniknya, setiap karya punya karakternya sendiri.
Studio Weave menciptakan Watering Poles beraneka warna yang juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat menaruh tanaman, sementara Eric Parry Architects mengajukan struktur air mancur sekaligus kios minuman.
Hopkins Architects mendesain struktur melengkung yang bisa dijadikan tempat berteduh, sementara AHMM membuat dispenser sumber air, dan ADAM Architecture membuat dinding berhias keramik.
Jika kebetulan Anda tengah berada di London, Inggris, Anda bisa mengunjungi The Building Centre untuk menyaksikan sendiri desain-desain tersebut. Pameran akan berlangsung mulai 20 Februari hingga 14 Maret 2014 mendatang.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR