Pesawat ruang angkasa saat ini menggunakan gelombang radio untuk memancarkan informasi ke stasiun bumi. Selain gelombang radio, laser memang mampu membawa data lebih banyak, namun sinarnya hampir tak dapat terdeteksi saat ia mencapai daratan.
Tetapi kini ada teknologi yang disebut dengan nanoscale light detector yang mampu membuat laporan dan data-data misi luar angkasa semakin mudah dibaca. Teknologi detektor itu diungkapkan oleh Richard Mirin, peneliti dari US National Institute of Standards and Technology (NIST) di Boulder, Colorado, AS yang mengembangkannya bersama NASA.
Dengan laser, data lebih dulu di-encode sebelum dikirim. Cara yang paling handal dalam melakukan ini adalah dengan membedakan interval waktu antara gelombang sinar. Interval panjang mewakili nilai 0, dan interval pendek mewakili nilai 1. Namun, pembacaan yang salah akan menurunkan akurasi.
Untuk itu, Mirin membuat detektor nanowire yang beroperasi pada suhu -270 derajat Celsius. Suhu dingin ini akan mendongkrak jumlah photon yang diterima per detik hingga dua kali lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan detektor laser biasa.
"Komunikasi laser merupakan salah satu teknologi yang sedang kita pertimbangkan," kata Bas Lansdorp, Chief Executive Officer dari proyek Mars One yang bercita-cita menempatkan koloni manusia di Mars pada tahun 2025. "Pengembangan yang dilakukan oleh NIST membuat komunikasi jarak jauh menjadi semakin menarik," ucapnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR