Di awal Juni, rombongan ini berangkat ke Prancis, empat hari menjelang pertandingan hidup-mati melawan tim kuat Hungaria. Pertandingan ini berakhir dengan kekalahan tim Hindia Belanda, namun pujian tetap datang dari harian-harian Eropa.
Usai dikalahkan Hungaria, mereka kembali ke Belanda, dan menggelar laga persahabatan dengan timnas Belanda di Stadion Olimpiade, Amsterdam, pada 26 Juni 1938. Hasil akhirnya? Jangan kaget, 9-2 untuk timnas Belanda!
Akhirnya, setelah tiga bulan berada di Eropa, mereka melakukan perjalanan pulang pada 1 Juli, dalam perjalanan selama tiga pekan, sebelum akhirnya berlabuh kembali di Tanjung Priok. Tim Hindia Belanda adalah negara Asia pertama yang tampil di Piala Dunia 1938 di Prancis, tetapi gaya permainan serta seluk-beluk tim sepak bola ini tidak banyak tercatat dalam sejarah.
Baca Juga: Sebelum PSSI, NIVB Jadi Federasi Sepak Bola Pertama di Indonesia
Hasilnya, seperti tercatat dalam sejarah, tim sepakbola Hindia Belanda (sekarang adalah Indonesia) dicukur 6-0 (4-0) oleh tim Hungaria – sekali bertanding dan kalah. Kejadian ini terjadi pada Piala Dunia 1938 di Prancis, yang saat itu memang menggunakan sistem gugur.
Saya tidak membaca langsung berita itu. Laporan pandangan mata itu disadur sebuah buku sejarah Piala Dunia, terbitan London, Inggris, sekian tahun lalu. Editor buku ini memperoleh datanya sebagian besar dari surat kabar The Times, serta koran lainnya—termasuk L’Equipe.
Tapi, apa istimewanya berita itu? Menurut saya, berita itu mengandung informasi yang relatif baru. Apa pasal? Karena informasi tentang "gaya permainan tim Hindia Belanda" itu belum pernah dipublikasikan oleh media-media yang terbit di Indonesia, setahu saya.
Sejauh ini nyaris tidak ada catatan tertulis seperti apa isi pertandingan yang digelar di Stadion Reims, Prancis, 5 Juni 1938, kecuali laporan-laporan yang hanya menyoroti nama-nama pemain—yang terdiri dari suku Jawa, Maluku, Tionghoa, Indo-Belanda, serta pelatihnya yang asal Belanda, Johannes Christoffel van Mastenbroek.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR