Perlu "rumah" baru
Namun, apa pun, GMJB bertekad mengembalikan seluruh anggrek ke habitatnya. GMJB mengusulkan satu kawasan hutan seluas 600 hektar di Pematang Damar, Muaro Jambi, sebagai "rumah" baru anggrek-anggrek hutan itu.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Muaro Jambi Nazman Efendi mendukung usulan hutan konservasi anggrek dari GMJB. Namun, belum diputuskan di mana lokasinya. Hutan di Pematang Damar itu dipilih karena cuma kawasan itu yang dianggap masih tersisa meski perambahan liar mulai merasuk juga.
Saat ini, areal hutan di Muaro Jambi mencapai 154.642 hektar. Sebagian lahannya bisa digunakan untuk konservasi anggrek, misalnya taman hutan raya yang memang diperuntukkan bagi kepentingan konservasi, penelitian, dan wisata.
Kompas melihat jejaknya berupa semak belukar dan pohon-pohon kecil. Tampak bekas tebangan kayu dan sejumlah kanal untuk menghanyutkan kayu-kayu bulat sisa penebangan di masa lalu. Meski demikian, kawasan itu masih bisa diharapkan sebagai pengganti hutan konservasi asal pelestariannya benar-benar dijaga.
"Kawasan konservasi hutan itu bisa menghidupkan masyarakat di sekitarnya. Minat wisatawan pun akan meningkat. Pengunjung Candi Muaro Jambi, yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari hutan Pematang Damar, bisa juga menikmati keindahan anggrek hutan di habitat barunya," ucap Edwar.
Meski demikian, pakar anggrek dari Universitas Jambi, Syafrial, tetap menganggap Muaro Jambi sebagai kawasan yang paling cocok bagi koleksi alam di hutan dataran rendah Jambi.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR