Perang Salib merupakan serangkaian perang agama yang terjadi antara tahun 1095 dan 1291, di mana penjajah Kristen mencoba untuk mengklaim wilayah Timur, temasuk Libanon. Kuburan massal berbentuk bujursungkar ini ditemukan dalam tembok kota. Selain tulang belulang, didapati pula beberapa benda milik para tentara.
“Di dalam liang makam berbagai artefak tersebar di antara tulang manusia dan bukan manusia. Penemuan (benda) logam seperti gesper dari tembaga, paku besi dengan dua ukuran yang berbeda, perlengkapan besi lainnya. Ada juga koin dan cincin dari perak serta anak panah tembaga,” tulis para peneliti dalam jurnal PLoS ONE.
“Temuan lain termasuk pecahan tembikar abad pertengahan, sisa pecahan tembikar periode Persia, pecahan kaca dan sepotong serat yang dipelintir dalam keadaan hangus,” tambah para peneliti.
Penemuan dan penelitian dipublikasikan dalam jurnal PLoS ONE dengan judul Weapon injuries in the crusader mass graves from a 13th century attack on the port city of Sidon (Lebanon) pada 25 Agustus 2021.
Baca Juga: Ternyata, Jenazah Kesatria Berusia 1.000 Tahun Ini Bergender Nonbiner!
Lebih lanjut, para ahli mengetahui kalau peninggalan itu milik tentara salib dari gesper yang bergaya Eropa dan koin tentara salib dalam makam. Analisis DNA dan isotop dari gigi menegaskan beberapa laki-laki lahir di Eropa, sementara yang lain keturuan dari tentara salib yang bermigrasi ke Tanah Suci atau Holy Land dan menikah dengan penduduk setempat.
Tim lalu melihat lebih dekat tumpukan tulang belulang para tentara dan mendapati kalau mereka diserang dari belakang saat melarikan diri dari pertempuran. Ada pula yang memiliki luka pedang di bagian belakang leher. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa mereka adalah tawanan yang dieksekusi dengan cara dipenggal setelah pertempuran.
Salah satu ahli yang menggali dan menganalisis tulang beluang dan bekerja sama dengan para arkeolog di situs penggalian Sidon adalah Dr Richard Mikulsi dari Universitas Bournemouth.
“Semua mayat berjenis kelamin laki-laki remaja dan dewasa, menunjukkan bahwa mereka adalah pejuang dalam pertempuran ketika Sidon diserang,” ujar Dr Richard Mikulsi.
Baca Juga: Terapi Arkeologi Bagi Para Veteran Perang Dunia II Penderita PTSD
“Ketika kami menemukan begitu banyak luka akibat senjata pada saat penggalian, saya tahu kami telah membuat penemuan khusus,” lanjutnya.
Dr Martin Smith, rekan Dr Richard Mikulsi dari Universitas Bournemouth dalam sebuah pernyataan menjelaskan bahwa ada banyak pekerjaan yang dilakukan untuk dapat membedakan bagian tubuh yang tercampur. Namun, mereka berhasil memisahkan dan melihat pola luka.
“Bagaimana bagian-bagian tubuh diletakkan menujukkan bahwa mereka dibiarkan membusuk di permukaan, sebelum akhirnya dijatuhkan ke dalam lubang. Beberapa tulang yang hangus menjadi tanda kalau mereka menggunakan api untuk membakar mayat,” jelas Dr Martin Smith.
Dalam jurnalnya para ahli menyimpulkan bahwa kedua kuburan massal di Sidon ini memberikan bukti tegas tentang kekerasan antar kelompok selama periode perang salib. Prevalensi yang tinggi dari trauma perimortem, menggabungkan kekuatan dari benda tajam maupun tumpul yang menembus tubuh menjadi tanda orang-orang ini tewas karena tindak kekerasan yang destruktif.
Baca Juga: Perang Dunia Pertama Memicu Berkembangnya Musik Jazz Pertama di Eropa
Source | : | PLOS ONE,Daily Mail |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR