Untuk kedua kalinya, Audax Randonneur Indonesia (ARI) menyelenggarakan West Sumatra Audax (WSA), yang berlangsung pada 19-20 April 2014.
Ajang tantangan bersepeda kali ini dilakukan dalam dua hari, masing-masing menempuh jarak 200 kilometer dengan batasan waktu maksimal 13,5 jam.
Rute yang dipilih tahun ini merupakan rute "klasik" Padang-Bukittinggi, melewati Pantai Gandoria, Lubuk Basung, Danau Maninjau, Kelok 44, Padang Lua, Bukittinggi. Sementara di hari kedua peserta akan melewati beberapa objek wisata ikonik Sumatra Barat seperti Istana Pagaruyung, Danau Singkarak, Padangpanjang, Lembah Anai dan lain-lain.
Hal yang berbeda dari penyelenggaraan WSA tahun ini dibanding tahun 2012 adalah tema "Trip Dua Danau", yakni peserta akan diajak menikmati Danau Maninjau dan Singkarak.
ARI adalah organisasi di bawah Audax Club Parisien (ACP) yang berpusat di Prancis, yang memiliki lisensi untuk menyelenggarakan event Audax Randonneur di Indonesia.
Bagi ARI sendiri, WSA 2014 merupakan event Audax keempat yang telah diselenggarakan setelah WSA 2012, Borobudur Audax (Mei 2013), dan Bali Audax (2013).
"Event ini merupakan salah satu cara untuk mempromosikan keindahan alam Sumatra Barat, dan ke depannya, event sejenis dengan jarak 300 kilometer akan diadakan di daerah lain," ujar Murdargo, Chairman ARI.
Audax berasal dari bahasa Italia, 'audacious' yang artinya 'berani' karena awalnya tradisi bersepeda jarak jauh ini bermula di Italia pada akhir abad ke-19. Event Audax pertama yang pernah tercatat berlangsung pada 12 Juni 1897, saat 12 pesepeda Italia mencoba menempuh perjalanan dari Roma ke Napoli.
Belakangan, pada tahun 1920 muncul istilah 'randonneuring' yang mengacu pada prinsip allure libre (kecepatan bebas), di mana peserta diberi kebebasan untuk menentukan tingkat kecepatan, mesti tetap ada batasan waktu.
Menurut Eko Fadjar R, yang akrab disapa Anto Boti, salah seorang peserta WSA 2014 yang telah lama menggeluti randonneuring, jenis cycling sport ini "memberi kebaikan bagi tubuh, melatih sikap 'gentleman' karena peserta dituntut untuk jujur dan disiplin, dan religius karena bersepeda dilakukan sambil menikmati kebesaran Illahi, melatih kesabaran, dan kepuasan batin."
Penulis | : | |
Editor | : | Oik Yusuf |
KOMENTAR