“Meningitis, radang selaput otak dan sumsum tulang belakang yang disebabkan bakteri meningokokus bisa berakhir kelumpuhan bahkan kematian. Repotnya, gejala awal meningitis mirip demam dan flu biasa: demam, sakit kepala, sakit tenggorokan.
Penderita biasa mengabaikan, merasa cukup minum obat flu yang dijual bebas, vitamin, dan istirahat,” jelas Iris Rengganis dari Divisi Alergi Imunologi Klinik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM.
Ketika kemudian ruam merah dan ungu pada kulit, penderita biasa menduga sebagai campak atau demam berdarah. Gejala lain lalu muncul: peka terhadap cahaya terang, merasa gelisah, kuduk kaku, kesadaran terganggu, hingga pingsan. Hanya dalam 24 jam, jika tak segera ditangani medis, keparahan meningkat menjadi kejang-kejang, kelumpuhan, bahkan kematian.
Mencegah lebih baik daripada mengobati tak pernah klise. Jadi, melakukan vaksinasi meningitis adalah cara terbaik terhindar dari penyakit berakibat fatal ini.
Selama ini, vaksinasi meningitis hanya dilakukan oleh calon jemaah haji dan umrah, karena Arab Saudi adalah satu dari tiga negara endemik meningitis meningokokus.
“Yang tak banyak diketahui, dua negara lain yang endemik meningitis adalah Australia dan Amerika Serikat,” papar Luthfi Mardiansyah dalam peluncuran kampanye "SEHATi Lindungi" pada Rabu (23/4), jelang Hari Meningitis Sedunia dan Pekan Imunisasi Sedunia, yang tahun ini digelar pada minggu ketiga April 2014.
Australia dan Amerika Serikat adalah dua negara favorit bagi pelancong dan pelajar Indonesia. Menurut data UNESCO, ada 30.000 pelajar Indonesia di luar negeri–9.702 di Australia, 6.809 di Amerika Serikat, dan 530 di Arab Saudi. Gambia, Etiopia, Guinea-Bissau dan Kenya juga endemik meningitis.
Data ASTINDO (Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan Indonesia), ada 8,7 juta wisatawan Indonesia keluar negeri pada 2013, meningkat 7 persen dibandingkan 2012. Mereka rentan penularan meningitis akibat terpapar cairan bersin dan tenggorokan penderita lewat pertukaran udara dan pernapasan.
Vaksinasi ini tak hanya penting bagi pelancong dan mahasiswa keluar negeri, tapi juga melindungi teman dan keluarga dekat. Sebab, virus/bakteri meningikokus bisa sekadar menumpang ke seseorang tanpa gejala, tapi bisa menular ke orang terdekat. Orang yang sudah menerima vaksinasi meningitis akan memiliki kartu International Certificate of Vaccination or Prophylaxis yang dikeluarkan WHO dengan barcode untuk mencegah pemalsuan.
Sayangnya, saat ini vaksinasi meningitis baru bisa dilakukan di pusat layanan kesehatan pelabuhan, baik pelabuhan laut maupun bandara. “Kami sedang mengusahakan agar vaksinasi meningitis juga bisa dilakukan di pusat kesehatan seperti RSCM,” tutur Iris Rengganis.
Penulis | : | |
Editor | : | Kahfi Dirga Cahya |
KOMENTAR