Nationalgeographic.co.id—Fenomena belakang menyoroti adanya kemunculan spesies unik bernama liger. liger merupakan keturunan hibrida dari singa jantan (Panthera leo) dan harimau betina (Panthera tigris). Liger memiliki induk dalam genus yang sama tetapi dari spesies yang berbeda.
Paul Leyhausen dalam tulisannya yang dimuat dalam jurnal Zeitschrift für Tierpsychologie yang berjudul Beobachtungen an Löwen-Tiger-Bastarden mit einigen Bemerkungen zur Systematik der Großkatzen, publikasi tahun 1950. Ia menuliskan catatan sejarah hibridisasi liger.
"Sejarah hibrida antara singa dengan harimau, diperkirakan telah dimulai pada awal abad ke-19 di India" tulisnya. Orang-orang India diperkirakan telah melakukan perkawinan silang terhadap singa dan harimau yang kemudian dibuktikan oleh catatan-catatan orang eropa.
Pada tahun 1798, tienne Geoffroy Saint-Hilaire (1772–1844) membuat pelat warna dari keturunan singa dan harimau. Portmanteau "liger" diciptakan pada tahun 1930-an. Pada tahun 1825, G.B. Whittaker membuat ukiran anak liger yang lahir pada tahun 1824. "Induk dan ketiga anak liger juga digambarkan bersama pelatih mereka dalam lukisan abad ke-19 dengan naïve style" tambahnya.
Dua anak liger yang lahir pada tahun 1837, kemudian dipamerkan kepada Raja William IV. Perkembangannya, pada tahun 1935, empat liger dari dua liger dipelihara di Kebun Binatang Bloemfontein, Afrika Selatan.
"Tiga dari mereka, satu merupakan jantan dan dua betina, masih hidup hingga tahun 1953. Jantan memiliki berat 340 kg (750 lb) dengan tinggi yang melebihi singa jantan dewasa" terang Leyhausen.
Baca Juga: Lima Kucing Terbesar yang Hidup di Alam Liar: Harimau hingga Puma
Liger diyakini sebagai spesies kucing terbesar yang pernah diketahui di dunia. "Liger jantan dapat mencapai panjang hingga 3,6 meter (9,8 hingga 11,8 kaki) yang berarti mereka menyaingi singa dan harimau jantan yang besar sekalipun" tulis Markus Bühler.
Bühler menulisnya dalam artikel yang dimuat dalam Bestiarium Kryptozoologie dengan judul Liger – die größten Raubkatzen der Welt, yang dipublikasi pada 2007 silam. Ia menerangkan tentang liger sebagai spesies raksasa karena pertumbuhannya yang cepat dan berpotensi memiliki ukuran tubuh yang sangat besar.
Karakteristik liger akan lebih unik dibandingkan dengan induknya. "Ia memiliki warna dasar yang lebih mirip dengan singa, dan memiliki sedikit garis yang terkadang dapat menyatu menjadi bintik-bintik" tulisnya.
"Ciri khas yang akan muncul adalah adanya bintik-bintik yang identik pada macan tutul atau jaguar" lanjut Bühler. Ia menambahkan bahwa bintik tersebut akan ditemukan di wajah, meskipun terkadang terlihat samar. Namun pada spesimen ini mereka (liger) sangat mudah dikenali.
"Umumnya, berat Liger kira-kira dapat mencapai dua kali berat singa, yaitu sekitar 400 sampai 600kg untuk ukuran jantan besar" tambahnya. Kemunculannya juga menjadi tanda tanya bagi sejumlah ahli. Lantas bagaimana dampak dari proses hibridisasi hewan-hewan dalam ekosistem bumi?
"Proses hibridisasi dapat membantu spesies induk dengan mentransfer gen baru, melalui introgresi (persilangan spesies), dan bahkan dapat mengarah pada penciptaan spesies baru" tulis Lila M. Colston-Nepali dan Deborah M. Leigh.
Baca Juga: Melihat Harimau Berkantung Terakhir Sebelum Dinyatakan Punah
Mereka berupaya mengungkap tentang proses hibridisasi hewan-hewan dan dampknya dalam tulisannya. Tulisannya dimuat dalam Biodiversity Journal berjudul Ligers and Tigons and Grolars, Oh My! Hybridization, and How It Affects Biodiversity, publikasi tahun 2019.
Di sisi lain, selain dapat menurunkan genus induk ke dalam genus yang baru. Terdapat juga dampak buruk yang mungkin akan sangatberpengaruh pada lingkungan ekosistem hewan, utamanya bagi spesies induk.
"Jika kebanyakan hibrida berhasil (dilakukan), mungkin akan ada begitu banyak hibrida sehingga mereka bersaing dengan spesies induknya untuk (mendapatkan) makanan dan ruang hidup, yang dapat menyebabkan kepunahan spesies induk" pungkas mereka.
Baca Juga: Singa Berkantung Ini Hidup Jutaan Tahun Silam di Hutan Kuno Australia
Source | : | Bestiarium Kryptozoologie,Biodiversity Journal |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR