Pernyataan Profesor Harvard tersebut terkait dengan visualisasi peta 3D yang telah berhasil dibuat oleh peneliti dan tersedia secara umum dalam augmented reality. Siapa saja dapat berinteraksi dengan visualisasi rongga dan awan molekul ini di sekitarnya, hanya cukup memindai kode QR di kertas dengan ponsel mereka.
Para astronom dapat melihat awan selama beberapa dekade, tetapi mereka tidak yakin tentang bentuk, kedalaman atau ketebalan, dan jarak yang tepat. Berkat data terbaru dari Gaia inilah mereka bisa membuat peta 3D gelembung dan awan di sekitarnya. Peta tersebut pun mewakili pertama kalinya awan molekuler yang dipetakan dalam bentuk 3D. Peta 3D ini memungkinkan mereka untuk dapat mengetahui di mana awan berada dengan ketidakpastian hanya 1 persen. Peta ini juga memungkinkan mereka untuk melihat kekosongan di antaranya.
Tim peneliti menggunakan data perangkat lunak visualisasi Glue untuk membuat peta awan molekuler.
Baca Juga: Tiongkok Mau Bikin Pesawat Luar Angkasa Sepanjang Satu Kilometer
“Kami membutuhkan catatan penemuan ilmiah yang lebih kaya. Dan makalah ilmiah saat ini bisa melakukan jauh lebih baik. Semua data dalam makalah ini tersedia secara online — di Dataverse Harvard — sehingga siapa pun dapat mengembangkan hasil kami.” Kata Prof. Harvard.
"Ketika saya masih mahasiswa pascasarjana, pada 1980-an, saya tidak pernah bermimpi bahwa saya akan melihat peta nyata, 3D, awan pembentuk bintang. Bahkan awan terdekat berjarak ratusan tahun cahaya. Kecepatan warp Star Trek tidak ada, kami tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk 'terbang di sekitar mereka' dan memetakannya dalam 3D," kata Goodman kepada Newsweek.
"Sebaliknya, komputer dan teleskop menjadi sangat bagus sehingga kita dapat menggambarkan awan ini dengan matematika.” pungkasnya.
Baca Juga: Pulpen Antariksa Itu Nyata, Bisa Dipakai untuk Menulis di Luar Angkasa
Source | : | techexplorist.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR