Sebuah perkampungan prasejarah ditemukan Balai Arkeologi Wilayah Papua pada 14 Mei lalu. Di perkampungan seluas 1.000 x 500 meter di Bukit Srobu, Kelurahan Abe Pantai, Kota Jayapura, itu, para arkeolog menemukan situs-situs dan kerajinan yang diduga peninggalan masa neolitikum (batu muda) dan megalitikum (batu besar).
"Kami menemukan banyak pecahan gerabah dan alat serpih batu yang merupakan perangkat zaman neolitik, masa 10.000 tahun sebelum Masehi," papar ketua tim ekskavasi, Erlin Novita Djami, Senin (19/5).
Selain itu, ditemukan juga peninggalan kebudayaan megalitikum (masa 3.600 tahun sebelum Masehi) berupa meja batu, turap yang merupakan dasar sebuah permukiman, dan menhir.
Erlin mengatakan, penemuan situs berawal dari laporan masyarakat serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Papua. "Warga yang sering bepergian ke Bukit Srobu menemukan tulang belulang manusia," ujar dia.
Menurut Erlin, gerabah itu digunakan sebagai alat memasak dan sarana penguburan sekunder. "Mereka memasak kerang laut menggunakan gerabah. Kami juga menemukan tulang belulang manusia di dalam gerabah," ujarnya.
Ia pun menambahkan, kemungkinan masuknya budaya neolitik dan megalitik ke Papua dibawa oleh masyarakat ras Austronesia dari Taiwan pada 5.000 tahun sebelum Masehi. "Kami memperkirakan adanya pertukaran antara suku bangsa Melanesia dan Austronesia melalui penggunaan sistem barter," tutur Erlin.
Kepala Balai Arkeologi Papua Muhamad Irfan Mahmud mengatakan, penemuan artefak prasejarah tersebut merupakan yang keempat kalinya tahun ini. "Sebelumnya, kami menemukan arca berbentuk manusia di Kabupaten Boven Digoel, kapak batu di Kabupaten Yahukimo, sebuah goa dengan gerabah di dalamnya di Papua Barat, dan alat serpih batu di Kabupaten Maybrat," tutur dia.
Muhamad mengharapkan Pemerintah Kota Jayapura segera menetapkan Bukit Srobu sebagai cagar budaya.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR