Juwana. Yuwana. Joana. Juana. Panggilannya bisa apa saja.
Wisata kriya dan sejarah Juwana menawarkan sejuta pesona. Jika menyisir Pulau Jawa melalui Grote Postweg atau Jalan Raya Pos yang dibangun Daendels dengan tenaga pekerja rodi rakyat Indonesia, setelah Lasem dan Pati akan menemui kota ini.
Di bawah pemerintahan Belanda, Juwana merupakan pusat kota kawedanan (distrik). Mulai Januari 1902 dan saat ini, statusnya menjadi kecamatan, bagian dari Kabupaten Pati. Profil kota membentang dari tenggara ke barat laut, tegak lurus Sungai Juwana atau disebut juga Silugonggo.
Sayangnya, sebagai kota pelabuhan nama Juwana tenggelam di antara ketenaran kawasan pesisir utara Jawa Tengah lain seperti Semarang, Jepara, Rembang.
Pada abad ke-16, Juwana merupakan kota pelabuhan penting di Pulau Jawa. Orang-orang asing membeli hasil bumi dan menjualnya ke lain tempat. Opium adalah satu saksi betapa Juwana menjadi jalur pesisir utara nan penting. Henri-Louis Charles TeMechelen, inspektur Kepala Regi Opium & Asisten Residen Juwana tahun 1882, memperhitungkan bahwa satu dari 20 orang Jawa mengisap opium pada masa itu.
Maka inilah sebuah destinasi alternatif bagi Anda pecinta budaya, penikmat keriuhan pelabuhan, sampai pemerhati tradisi leluhur. Mari melanglang, melongok potensi kota ini.
1. Desa Bajomulyo dan Desa Growong Kidul
Merupakan salah satu sentra industri kuningan yang tersisa. Terdiri atas tiga kelompok usaha: industri kuningan, penyedia bahan baku (bahan rosok), dan penyedia jasa lain (pengemasan/pengiriman). Keahlian dasar sebagai perajin kecil adalah semua proses produksi dikerjakan sendiri. Umumnya mereka memproduksi engsel pintu, krom onderdil sepeda motor, aksesoris mebel, komponen hydrant, patung, dan aksesoris interior.
2. Alun-Alun Juwana
Lapangan yang dibangun Belanda dekat jalan raya Grote Postweg sebagai usaha menciptakan landmark kota.
3. Desa Bakaran Kulon dan Bakaran Wetan
Kedua desa adalah sentra batik. Perajin batik Bakaran yang terkenal. Motif batik beraliran tengahan, perpaduan corak pesisir yang berwarna-warni dan corak tengahan karena berasal dari kalangan kerajaan Majapahit. Selain motif kuno, kini ada corak kontemporer.
4. Klenteng Tjoe Tik Bio
Usia klenteng Tridharma ini sekitar 200 tahun. Langgam khas Tiongkok muncul pada ujung atap yang mirip burung walet dan melengkung cukup tinggi. Konon dibangun oleh seorang pedagang candu yang hanyut di Kali Silugonggo (Kali Juwana) dan diselamatkan warga sekitar sungai. Sebagai bentuk ucapan syukur, dia membangun tempat ibadat ini.
5. Makam Bupati Juwana
Dinamai makam Jatisari dan merupakan tempat peristirahatan Bupati Juwana pertama Mangkudipuro.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR