Nationalgeographic.co.id—Para ilmuwan telah melakukan studi ekstensif terkait bagaimana Neanderthal (Homo neanderthalensis) hidup sejak fosil pertama hominid itu ditemukan pada tahun 1800-an. Para peneliti sebelumnya mengira hominin awal itu hanya tidur di malam hari dan berburu di siang hari.
Namun, temuan baru menunjukkan bahwa para Neanderthal bekerja sama untuk berburu burung di malam hari. Mereka bahkan menggunakan alat-alat seperti obor api dan jaring untuk berburu burung-burung yang tinggal di gua. Burung-burung itu merupakan bagian keluarga corvid, sebagaimana diberitakan Vice.
Untuk mensimulasikan bagaimana Neanderthal mencari makan di malam hari, para peneliti di Spanyol melakukan perjalanan ke dalam gua-gua dan menggunakan jaring dan lampu untuk menangkap burung-burung yang sedang bertengger di sana. Laporan studi ini telah diterbitkan di jurnal Frontiers in Ecology and Evolution pada 9 September 2021.
"Di sini, kami menunjukkan bahwa Neanderthal kemungkinan memangsa chough, burung yang menghabiskan malam di gua-gua, tempat berlindung yang disukai Neanderthal. Kami merekonstruksi bagaimana Neanderthal bisa menggunakan api untuk menyilaukan, mengurung, dan menangkap para chough yang terbang di malam hari," ujar Guillermo Blanco, seorang peneliti dari National Museum of Natural Sciences di Madrid, dalam pernyataan tertulis Frontiers.
Neanderthal, nenek moyang manusia terdekat kita, punah 35.000 hingga 40.000 tahun yang lalu. Mereka berburu hewan mamalia, seperti rusa merah di musim panas dan rusa kutub di musim dingin, dengan menggunakan tombak kayu yang tajam dan menjahit pakaian dari kulit binatang. Ada juga bukti bahwa Neanderthal berburu berbagai burung, termasuk burung pemangsa, anggota keluarga gagak, dan merpati batu, menurut pernyataan tersebut seperti dikutip dari Smithsonian Magazine.
Dalam studi baru ini, para peneliti berfokus pada bagaimana Neanderthal berburu burung cough yang bertengger di gua-gua yang digunakan nenek moyang kita untuk berlindung. Para ilmuwan pertama-tama melakukan tinjauan literatur untuk mengetahui berapa banyak fosil cough yang ditemukan di gua-gua yang juga mengandung fosil atau alat-alat Neanderthal.
Baca Juga: Kontroversi Anak Lapedo: Hasil Kawin Silang Manusia dan Neanderthal?
Di Eropa, fosil chough banyak ditemukan di gua-gua Neanderthal, terutama di situs-situs arkeologi di Semenanjung Iberia. Di sembilan lokasi di Semenanjung Iberia, sisa-sisa chough memiliki bekas arang, bekas gigitan, atau bekas luka dari alat-alat, menurut Vice.
Kemudian, tim memutuskan untuk menguji hipotesis mereka. Selama beberapa tahun, para peneliti mengunjungi gua-gua yang ada dan belajar bagaimana menangkap burung cough dengan tangan kosong di bawah kegelapan malam.
Mereka menggunakan lampu untuk mengejutkan burung-burung yang sedang beristirahat itu dan mensimulasikan obor yang mungkin dibawa oleh Neanderthal untuk mencari burung-burung tersebut.
Baca Juga: Seperti Apakah Ragam Perkakas Batu Buatan Manusia Neanderthal?
Semua burung diikat dan dilepaskan tanpa cedera setelah percobaan penangkapan itu. Dalam 296 percobaan eksperimental di 70 tempat bertengger burung, para ilmuwan menangkap total 5.525 burung.
"Kami menyimpulkan bahwa chough secara unik rentan terhadap Neanderthal jika mereka menggunakan cahaya buatan, seperti api, di gua-gua pada malam hari," kata Antonio Sánchez-Marco, paleo-ornitologi dari Institut Català de Paleontologia Miquel Crusafont di Barcelona yang menjadi salah satu penulis dalam studi ini.
"Kami menemukan bahwa ketika terkejut, burung-burung cough mencoba melarikan diri ke luar, dalam hal ini Anda dapat menangkapnya dengan jaring di pintu masuk, atau melarikan diri ke atas ke langit-langit, di mana Anda sering dapat menangkapnya dengan tangan. menghasilkan energi yang cukup untuk menjadi makanan lengkap bagi Neanderthal dewasa, sementara beberapa pemburu yang terampil dapat dengan mudah menangkap 40 hingga 60 cough per malam," ujar Miquel Crusafont, peneliti lainnya di Barcelona.
Perilaku dan keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk menangkap burung-burung itu sejalan dengan cara hidup Neanderthal secara sosial dalam kelompok yang terdiri dari 10 hingga 20 orang dewasa beserta anak-anaknya. Karena burung cough sulit ditangkap pada siang hari di tempat terbuka, kebiasaan berburu malam dari para Neanderthal tersebut mengungkapkan detail yang mengesankan tentang kemampuan anatomi, teknologi, dan kognitif mereka.
Para peneliti menambahkan bahwa burung-burung itu bisa menjadi makanan yang bergizi bagi para hominid awal tersebut. Sebab daging burung itu mengandung karotenoid, suatu mikronutrien yang penting bagi tubuh.
Source | : | Vice,Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR