Cinta sejati barangkali sudah menjadi barang langka di dunia tapi tidak bagi Rocky Abalsamo, seorang pria asal Boston, Amerika Serikat. Ia mendedikasikan hidupnya untuk mencintai sang istri, Julia Echeverria Abalsamo. Sayang, Julia sudah terlebih dahulu meninggal dunia di tahun 1993.
Sejak Julia meninggal, Rocky selalu menyempatkan diri duduk menghabiskan waktu di samping makam sang istri sebelum akhirnya Rocky tutup usia menyusul Julia, pekan lalu. Rocky meninggal dunia di usia 97 tahun.
Kisah hidup Rocky menyentuh hati banyak orang. Semua dimulai saat di tahun 2000, sebuah surat kabar di Boston mengabarkan tentang rutinitas unik seorang pria yang selama tujuh tahun selalu setia mengunjungi makam sang istri, yang dinikahinya selama 55 tahun, setiap hari. Usut punya usut, Julia meninggal dunia akibat penyakit jantung dan sejak kepergiannya, Rocky sangat berduka.
Akhirnya Rocky menjalani rutinitas baru. Setiap pagi ia mendatangi makam sang istri di St. Joseph Cemetery, memasang kursi lipatnya, menyapa sang istri dan duduk di sana sampai menjelang malam hari, sesaat sebelum pemakaman ditutup. Semua dilakukan Rocky tanpa istirahat untuk makan atau minum. Bahkan sebelum pulang ia selalu menaburkan remah-remah roti agar banyak binatang yang menghampiri makam Julia dan menemaninya.
Tertarik dengan kisah Rocky, banyak orang kemudian menyambanginya di makam dan berbicang atau sekadar memberikan makanan atau selimut ekstra. Sebagai gantinya, Rocky menuturkan kisah romantisnya dengan Julia.
Kebiasaan ini terjadi hingga tahun 2005, setelah sebuah kematian dalam keluarga menyadarkan Rocky untuk lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarganya yang masih hidup. Tapi setelah itu pun ia masih rutin mengunjungi makam Julia sampai akhirnya ia jatuh sakit di bulan Juli tahun lalu.
Setelah Rocky tutup usia, sesuai permintaannya, ia akan dimakamkan di sebelah kiri makam Julia karena saat mereka hidup, Rocky memang selalu berjalan di sebelah kiri Julia. Kini, akhirnya Rocky dan Julia bersatu kembali...
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR