Pada senja 8 Juni 2014, sejumlah orang yang bertempat di kawasan Jabodetabek menyatakan melihat pemandangan tak biasa di langit barat. Beberapa saat setelah Matahari terbenam, terlihat sebentuk cahaya bergerak di dekat kaki langit dengan arah gerak menuju ke utara-barat laut.
Cahaya tersebut berbentuk seperti segitiga dan mengesankan mirip benda langit seperti komet. Beberapa orang bahkan sempat mengabadikan dan mencermatinya selama beberapa menit sebelum kemudian menghilang.
Namun apa sesungguhnya cahaya tersebut? Bagaimana cara sehingga agar kita tak keliru mengidentifikasinya? Astronomi memiliki cara tersendiri untuk itu.
Mari kita terapkan dalam kasus cahaya di langit pada senja 8 Juni kemarin. Apakah cahaya tersebut berukuran besar? Tidak. Maka kita berlanjut ke pertanyaan berikutnya, apakah ia bergerak? Karena jawabannya ya, maka apakah ia sangat cepat sehingga menghilang setelah 5 sampai 10 detik? Jawabannya tidak, karena cahaya tersebut terlihat hingga beberapa menit kemudian.
Sehingga kita berlanjut ke pertanyaan apakah ia berkelap-kelip (di kala malam) atau berekor (di kala siang)? Hal ini ternyata cocok dengan ciri-ciri cahaya tersebut, sehingga jawabannya ya. Maka dapat dikatakan bahwa cahaya tersebut adalah pesawat.
Guna memastikannya kita bisa mengecek silang dengan sejumlah basis data lainnya. Karena cahaya tersebut terlihat sesaat setelah Matahari terbenam sehingga langit barat masih bergelimang cahaya senja, maka ia harus cukup cerlang. Dalam bahasa astronomi, kecerlangannya harus lebih besar (terang) ketimbang planet Venus.
Karena bukan meteor atau sejenisnya (seiring gerak tergolong lambat), maka kandidat yang tersedia hanyalah satelit buatan tertentu atau pesawat.
Bacalah juga: Objek yang Dikira Meteor Itu Ternyata...
8 Juni 2014, satelit buatan tertentu yang berkemungkinan lebih benderang ketimbang planet Venus hanyalah stasiun antariksa internasional (ISS), teleskop landas bumi Hubble dan flare (pijar) satelit komunikasi Iridium.
Pengecekan silang dengan basisdata Heaven’s Above menunjukkan hanya ISS dan flare Iridium yang berpeluang lebih terang ketimbang Venus. ISS hanya ada di langit Jabodetabek kala fajar jelang matahari terbit.
Kita juga bisa mengecek kemungkinan bangkai satelit besar yang sedang memijar kala menembus atmosfer selagi hendak menuju ke Bumi. Namun kemungkinan ini juga nihil berdasarkan basis data SatFlare, karena tak ada bangkai satelit buatan berukuran besar yang hendak jatuh ke Bumi di bulan Juni 2014 ini.
Maka tinggal satu yang tersisa dan menjadi kesimpulan kita, yakni pesawat. Cahaya bergerak tersebut merupakan “ekor”, yang adalah jejak kasatmata dari jejak kondensasi atau condensation trail (contrail). Jejak kondensasi adalah deretan kondensasi (pengembunan) uap air menjadi titik-titik air menyerupai awan yang disebabkan oleh melintasnya sebuah pesawat bermesin jet.
Saat mengudara, gas buang bersuhu tinggi yang dihasilkan mesin jet ini akan menyebabkan penurunan tekanan udara setempat di sepanjang lintasan yang telah dilaluinya. Penurunan tekanan setempat inilah yang menyebabkan uap air disekelilingnya berkondensasi.
Lantas pesawat apa yang menghasilkan jejak kondensasi yang sempat menghebohkan itu?
Sementara melakukan pengecekan silang dengan basis data FlightRadar24 menunjukkan dari sekian banyak pesawat terbang komersial yang hendak mendarat atau baru saja lepas landas dari dua bandara utama di Jabodetabek, yakni Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma, hanya ada satu yang masih berada di atas daratan Jabodetabek pada 8 Juni 2014 pukul 18.00 WIB dan sedang terbang ke arah barat daya: pesawat dengan nomor penerbangan LNI 372. Pengecekan lebih lanjut menunjukkan LNI 372 merupakan pesawat Boeing 737-900 milik maskapai Lion Air yang sedang melayani rute Jakarta-Batam.
Berdasarkan data dinamika ketinggian jelajah pesawat ini yang terekam dalam FlightAware, titik waktu ini dan posisi pesawat pada saat itu pun relatif cocok dengan ketinggian cahaya bergerak yang disaksikan sejumlah saksi mata.
Maka dapat disimpulkan bahwa cahaya bergerak yang muncul di langit Jabodetabek pada 8 Juni 2014 senja bukanlah meteor. Ia juga bukanlah satelit buatan, juga bukan bangkai satelit yang sedang jatuh ke Bumi.
Namun ia hanyalah pesawat yang sedang terbang menuju ke tujuannya dan meninggalkan jejak kondensasi di sepanjang lintasannya. Untuk sementara, pesawat tersebut diidentifikasi sebagai Boeing 737-900 Lion Air nomor penerbangan LNI 372. Masih terbuka kemungkinan pesawat lain yang menghasilkannya, yakni pesawat-pesawat militer yang data penerbangannya tidak tercakup di basis data FlightRadar24 maupun FlightAware.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR