Tulung Khagok dibukak
Bukak Ko Kuti Kunci
Hadirin Khik Halayak.
Mak sabakh haga mandi
Apabila diartikan dalam bahasa Indonesia, cukilan pantun dalam bahasa Lampung itu setidaknya berbunyi permohonan agar membukakan pintu karena banyak orang ingin mandi dalam acara belangekhan atau belangiran yang diadakan oleh Pemerintah Provinsi Lampung di Sungai Akar, Bandar Lampung, Kamis (26/6).
Belangekhan, yang biasa dikenal dengan sebutan padusan dalam bahasa Jawa atau biasa disebut belimau oleh sebagian masyarakat Sumatera, bertujuan sebagai lambang pembersihan badan dan pikiran. Tradisi membersihkan diri yang dilakukan dalam menyambut bulan suci Ramadhan tersebut bukan hanya sebatas membersihkan secara badaniah, melainkan lebih berorientasi pada membersihkan hati, menjauhkan rasa iri, dengki, sombong, juga dendam antarsesama manusia.
Belangekhan sudah ditemukan dalam berbagai memang (mantra) yang tertulis dalam buku kulit kayu. Dalam mantra tersebut dikatakan, air dapat menjadi sarana menyucikan diri. Tradisi penyucian diri yang dilakukan secara beramai-ramai tersebut dewasa ini juga dilakukan bersamaan dengan kegiatan bersih desa.
Belangekhan berasal dari kata langir yang berarti ’mandi’. Mandi yang dimaksudkan ialah mandi suci yang berfungsi untuk menghilangkan bala, membuang sial, atau lebih tepatnya mandi untuk penyembuhan. Air yang digunakan untuk belangekhan biasanya diambil dari tujuh sungai atau tujuh sumur tua. Air tersebut biasanya disimpan dalam kibuk/kendi tanah liat.
Selain kendi, beberapa perlengkapan yang juga disiapkan ialah kembang aneka rupa, daun pandan, dan setanggi. Sehari sebelum acara, mekhanai (pemuda) mengumpulkan aneka keperluan belangekhan yang kemudian oleh muli (pemudi) dirangkai menjadi kesatuan pada malam harinya. Keesokan hari, benda-benda tersebut diserahkan kepada tetua adat untuk didoakan. Setelah semuanya siap, aneka perlengkapan itu dituangkan bersama di tempat yang akan digunakan untuk mandi besar secara beramai-ramai.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR