Sebelum erupsi besar menimbun Liyangan, warga pernah memperbaiki bangunan karena erupsi tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali. Pada bagian pagar batu andesit terlihat adanya jejak perbaikan dari batu persegi menjadi batu bulat, tampak pula bangunan talud kuno untuk mengantisipasi longsoran.
Peninggalan terlengkap
Sampai saat ini, Situs Liyangan menjadi kompleks permukiman Mataram Kuno terlengkap yang pernah ditemukan. Di situs itu terdapat tiga bagian pokok, meliputi areal permukiman di bagian lereng paling bawah, areal peribadatan di lereng tengah, dan areal pertanian di lereng paling atas.
Terlihat jejak-jejak peninggalan Mataram Kuno mulai dari aktivitas keseharian masyarakatnya, aktivitas peribadatannya, hingga kegiatan-kegiatan pertanian masyarakat saat itu. Kisah-kisah sejarah Mataram Kuno yang selama ini hanya tampak dari deskripsi relief-relief candi, akhirnya mendapatkan penjelasan konkret di Liyangan.
Selain mendeskripsikan permukiman Mataram Kuno, di Liyangan juga ditegaskan adanya jejak hubungan internasional masyarakat saat itu dengan Dinasti Tang di Tiongkok. Arkeolog Pusat Arkeologi Nasional, Yusmaini Eriawati mengatakan, ada 110 jenis keramik yang ditemukan di Liyangan.
”Benda-benda keramik ini termasuk barang elite yang digunakan masyarakat kalangan menengah ke atas untuk keperluan upacara-upacara keagamaan saat itu. Sebagian besar keramik di Liyangan adalah buatan abad ke-9 dan ke-10 Masehi, khususnya pada periode Dinasti Tang. Pada masa itu, Dinasti Tang menerapkan kebijakan membuka perdagangan keramik ke seluruh dunia,” kata Yusmaini.
Balar Yogyakarta telah merancang tiga jangka menengah penelitian guna merangkai kembali struktur permukiman Mataram Kuno Liyangan, yakni penelitian periode 2010-2014, periode tahun 2015-2019, dan periode 2020-2024. Rangkaian kegiatan itu guna memperdalam penelitian di Liyangan. ”Target tiga jangka menengah penelitian tersebut adalah tersingkapnya tata ruang secara lengkap Situs Liyangan,” tambah Sugeng.
Sampai sekarang, Balar Yogyakarta telah mengekskavasi sekitar 6.000 meter persegi lahan di Liyangan. Diperkirakan, ini hanyalah bagian kecil dari kompleks Liyangan yang luasannya bisa mencapai 5-6 hektar.
Dugaan itu beralasan karena sampai sekarang ekskavasi Liyangan baru mengungkap sebagian kecil areal peribadatan. Di bagian paling bawah diduga masih banyak tersebar sisa-sisa hunian Mataram Kuno.
Penemuan Situs Liyangan memperkuat hipotesis bahwa deretan pegunungan Merapi, Sindoro, Sumbing, hingga Dieng menjadi poros berkembangnya permukiman Mataram kuno. Erupsi gunung yang mengubur peradaban meyakinkan masyarakat saat itu bahwa tanah di tempat itu tidak diberkati. ”Ini dugaan dari para pendukung teori perpindahan kerajaan Mataram dari Jateng ke Jatim,” ujar Siswanto.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR