Oleh karena itu, Rita menegaskan, para remaja perlu memperbaiki pola makan mereka agar mendapat gizi yang cukup dan baik demi "menutus mata rantai" stunting ini. Para remaja harus memperhatikan bahwa makanan yang mereka konsumsi itu mengandung bahan makan yang diolah dengan cara yang baik sehingga bisa memenuhi kebutuhan gizi mereka.
Dalam buku Cegah Stunting Sebelum Genting: Peran Remaja Dalam Pencegahan Stunting yang diluncurkan tersebut, terdapat kumpulan tulisan yang disusun oleh 16 mahasiswa-mahasiswi yang tergabung dalam Tanoto Scholars Association.
Baca Juga: Ojek Makanan Balita, Cara Mulia Atasi Masalah Kekurangan Gizi
Buku yang diluncurkan oleh organisasi filantropi independen Tanoto Foundation dan diterbitkan melalui Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) itu disusun dalam empat tema bermanfaat yang dapat diterapkan oleh para remaja di kehidupan sehari-hari, baik bagi diri mereka sendiri hingga masyarakat. Kategori-kategori tersebut meliputi pola konsumsi, pola pengasuhan anak usia dini, pelayanan kesehatan dasar, dan kesehatan lingkungan.
Hendriasari Oktaviana, salah satu penulis dalam buku ini sekaligus penerima beasiswa program TELADAN dari Tanoto Foundation di Universitas Gadjah Mada, mengatakan banyak hal baru yang membuatnya terkejut saat menyusun isi buku tersebut. Seorang rekannya memiliki tulisan liputan yang menarik mengenai peran para remaja yang tergabung dalam Karang Taruna Dusun Tawangsari di Desa Semowo di Kabupaten Semarang.
Karang taruna tersebut memiliki salah satu program kerja bernama Garda Remaja Pencegah Stunting (GRPS). Program kerja bertujuan untuk mengedukasi masyarakat, terutama kepada para ibu hamil dan ibu yang memiliki anak usia 0-3 tahun, mengenai stunting dan pola asuh anak ini.
Program kerja yang telah dimulai sejak bulan November 2020 ini berusaha meningatkan para ibu pentingnya kenaikan berat badan mereka saat hamil dan kenaikan berat badan anak mereka setiap minggunya atau minimal setiap bulannya. Oleh karena itu membawa anak ke posyandu setiap bulannya untuk memantau berat badan dan kesehatan mereka sangatlah penting untuk dilakukan para ibu.
Baca Juga: Upaya Atasi Kekurangan Gizi dengan Memanfaatkan Panganan Lokal
Menurut Sari, sapaan Hendrasari, peran remaja dalam mencegah stunting seperti ini tidak hanya bisa dilakukan melalui karang taruna, tetapi juga secara mandiri melalui gerakan sendiri. Kita sebagai remaja, misalnya, bisa rutin menanyakan para ibu yang hamil di sekitar kita, entah itu saudara atau tetangga, tentang kenaikan berat para ibu hamil itu alih-alih jenis kelamin bayi yang akan lahir tersebut.
Pertanyaan serupa juga bisa diajukan kepada para ibu yang memiliki anak-anak di bawah usia 3 tahun, apakah kenaikan berat badan anak mereka idal setiap bulannya. Sebab, kenaikan berat badan yang seret ini, meskipun anak tampak sehat dan aktif, adalah salah satu pertanda kurangnya gizi pada mereka sehingga akhirnya bisa menyebabkan mereka gagal tumbuh kembang.
Pada akhirnya, para balita yang mengalami stunting ini kemudian menjadi anak-anak dan remaja yang memiliki IQ lebih rendah dan masalah kesehatan yang membuatnya mudah lesu ketika dewasa. Kondisi ini tentu saja akan menyulitkan visi Indonesia sendiri dalam mewujudkan Generasi Emas 2045.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR