Peternak kambing perah di Indonesia masih sedikit bila dibandingkan dengan peternak sapi perah. Sementara permintaan susu kambing relatif tinggi, sehingga peluang untuk mengisi ceruk pasar ini masih terbuka lebar. Selain itu, lahan yang diperlukan tidak seluas lahan untuk beternak sapi perah.
“Saya sebenarnya beternak kambing perah untuk hobi, tapi kemudian permintaan lumayan banyak. Bahkan sekarang sudah bisa supply ke supermarket,” kata Agus Santoso, peternak kambing perah di Gadog, Bogor, Jawa Barat. Peternakan ini merupakan salah satu bagian dari Zero Waste Farming yang diterapkan untuk lahan seluas kurang lebih satu hektare. Sedangkan kandangnya berukuran 100 meter persegi.
Zero Waste Farming merupakan sistem pertanian ramah lingkungan yang meniru rantai makanan alami sehingga tidak ada sampah tersisa. Dimulai dari pabrik tahu yang menghasilkan ampas tahu. Kemudian ampas tahu untuk makanan kambing. Kotoran kambing dijadikan pupuk untuk tanaman padi. Hal ini akan menghemat biaya pakan. Apalagi ketika dedaunan untuk pakan bisa diambil dari ladang, akan semakin menghemat biaya sehingga keuntungannya lebih tinggi.
Anak Kambing Menyusu Sapi
Pemilihan jenis kambing penting untuk mendapatkan volume produksi susu lebih banyak. Ada beberapa jenis kambing yang diternak Agus, antara lain PE (peranakan etawa), kaligesing, anglo nubian, senduro, dan lain–lain. Menurut Agus, aglo nubian paling banyak menghasilkan susu. Saat puncak produksi bisa menghasilkan sampai 1,5 liter per hari per ekor. Sedangkan rata–rata 250 cc per hari. Volume yang belum disamai oleh jenis kambing lain yang dia punya.
Kambing mulai diperah air susunya ketika anaknya lahir. Ada 3 cara beternak kambing perah sehubungan dengan anak yang dihasilkan. Cara pertama, anak langsung ‘dibuang’ (dijual murah) agar susu 100% diperah. Cara kedua, berbagi dengan anak. Induk tetap menyusi anaknya dan juga diperah. Cara ini menghasilkan anakan dan susu walau volume sedikit. Cara ketiga, anak dipisahkan dari induk, lalu diberi susu sapi. Karena harga susu sapi lebih murah daripada susu kambing.
“Saya pilih cara terakhir ini. Kalau anaknya ‘dibuang’ kasihan, toh mereka juga makhluk hidup. Ngasih susu sapi masih tetap untung kok,” kata Agus. Susu sapi segar harganya Rp 5.000,- per liter, sedangkan susu kambing bisa dijual dengan harga Rp 45 ribu per liter (harga dari peternak, tidak termasuk transportasi). Sementara harga jual di supermarket bisa mencapai Rp 60 ribu per liter, karena ada ongkos transportasi dan lain–lain. Hitungan kasar, untuk mendapatkan sepuluh liter susu kambing per hari, sebaiknya punya kambing 12 ekor kambing betina yang beranak.
Hasil yang lebih tinggi bila menjual kolostrum kambing (susu pertama) yang bisa laku hingga Rp 150.000,- per liter (dari peternak). Sama halnya dengan kolostrum manusia, kolostrum kambing mengandung senyawa kekebalan tubuh yang bermanfaat bagi manusia. Walaupun susu kambing juga sudah dibuktikan secara empiris untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Asma, diabetes, stroke, dan bahkan kanker.
“Khasiat (susu kambing) ini juga yang bilang pelanggan yang beli susu kambing dari kami,” kata Yuli Santoso, istri Agus. Apalagi kolostrumnya, banyak orang mencari untuk penyembuhan berbagai penyakit. Karenanya, beternak kambing perah memang harus memilih antara susu dan anak kambing. Tidak bisa keduanya kalau ingin hasil optimal.
Penulis | : | |
Editor | : | Kahfi Dirga Cahya |
KOMENTAR