Militer Israel memberlakukan jeda kemanusiaan secara sepihak, Rabu (30/7), selama empat jam, pukul 15.00-19.00 waktu setempat, di sejumlah distrik di Jalur Gaza. Namun, jeda itu tak berlaku di daerah operasi serangan Israel.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membuka jeda kemanusiaan di Jalur Gaza. Jeda kemanusiaan ini tak berlaku di area tempat operasi tentara IDF, demikian bunyi pernyataan resmi Israel, seraya memperingatkan warga Palestina yang mengungsi untuk tidak kembali ke rumah mereka.
Namun, tawaran ini dicemooh Hamas, yang menyebutnya sebagai langkah publisitas yang tak ada artinya. "Itu seperti lagu pengantar tidur dan eksploitasi media. Tak ada artinya karena tidak berlaku di daerah pertempuran sehingga kami tak bisa mengeluarkan orang-orang yang terluka dari daerah itu," kata juru bicara Hamas, Sami Abu Zuhri.
Kabar jeda kemanusiaan itu beredar setelah Israel sepanjang Rabu menggempur sasaran sipil strategis di Jalur Gaza, seperti sekolah, rumah sakit, dan masjid, untuk melumpuhkan kehidupan di Jalur Gaza dan memaksa Hamas bersedia menerima gencatan senjata. Demikian dilaporkan wartawan Kompas Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir.
Israel menggelar serangan besar ke sekolah yang dikelola UNRWA, lembaga bantuan PBB untuk pengungsi Palestina, di kamp pengungsi Jabaliya, Gaza bagian utara. Sedikitnya 16 orang tewas dalam serangan itu. Serangan Israel atas sekolah itu merupakan yang ketiga kali sejak operasi militer Israel dimulai pada 8 Juli.
Selain sekolah PBB itu, kantor berita Turki, Anatolia, mengutip pejabat Israel, menyebutkan, Israel juga telah menggempur 75 sasaran sejak Rabu dini hari. Di antaranya terdapat lima masjid senjata, pintu masuk ke terowongan bawah tanah, dan menara pemantauan.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR