Sepasang kupu-kupu Troides helena sedang berasyik masyuk. Adegan intim yang terjadi di Taman Kupu-kupu Gita Persada, Gunung Betung, Lampung, ini berlangsung 3 - 4 jam.
"Itu karena jantan menumpahkan semua spermanya ke kantong sperma yang ada di tubuh betina," jelas Martinus, pengelola Gita Persada.
Usai kawin, si betina akan keluyuran mencari pohon inang bagi telur dan larvanya, sementara sang jantan pelan-pelan akan mati. Kala telur telah menetas, lahirlah para generasi baru kupu-kupu: larva atau ulat.
Ulat Troides sangat menakutkan: bertubuh hitam dengan duri-duri runcing. Satu sinyal sedang dia kirimkan kepada makhluk lain: jangan mendekat, aku beracun!
Namun Martinus dengan santai membelainya. Jari telunjuknya menyentuh lembut jajaran duri si ulat. "Tidak apa-apa. Sentuh saja, dia tidak menyengat," ujarnya.
Tanpa hirau keadaan sekeliling, mulut si ulat menggerogoti dedaunan. Berbeda dengan ulatnya yang membuat bergidik, kupu-kupu Troides helena sangat menawan: sayap lebar, bercorak hitam dan kuning cerah.
Racun ulat sebagai alat pertahanan terhadap para pemangsanya—burung misalnya. Ini berbeda dengan ulat bulu yang menaruh racun di bulu-bulunya. Tak pelak lagi, bila menyentuh ulat bulu, kulit akan gatal-gatal. "Ulat bulu adalah salah satu tahap hidup ngengat, yang berbeda dengan ulat kupu-kupu," tandas Martinus coba meyakinkan.
Di Taman Gita Persada pengunjung dapat mengamati setiap tahap perkembangan hidup kupu-kupu. Dari telur kupu-kupu yang sekecil debu, akan terlahir larva beberapa milimeter. Seiring waktu, tubuh larva akan berkembang ribuan kali lipat—menjadi ulat.
Ulat kupu-kupu Troides helena misalnya, semula hanya berukuran beberapa milimeter, yang kemudian membengkak sebesar jari kelingking. "Hidup ulat hanya makan, tidur, makan, tidur, makan, tidur," terang lelaki berkacamata ini.
Seperti serangga yang lain, karena terus membesar, ulat akan melepas selubung kulitnya yang tak mampu menampung tubuhnya yang melar. "Itu namanya instar, mengganti kulit lama dengan yang baru. Instar ulat kupu-kupu antara enam hingga tujuh kali," paparnya.
Ulat amat lahap makan untuk menyongsong tahap kehidupan selanjutnya, yaitu kepompong. Pada instar terakhirnya, ulat Troides helena akan berubah menjadi segumpal kepompong yang bertengger di daun atau ranting.
Wujudnya berubah total: seperti gulungan daun. Dua utas tali sutra menopang bagian atas kepompong, sementara jalinan sutra menopang di bagian bawah. Martinus menyatakan, bentuk seperti daun merupakan strategi kepompong untuk menghindari pemangsa.
Perubahan dari ulat menjadi kepompong melibatkan proses rumit di dalam tubuh calon kupu-kupu itu. "Karena hidupnya hanya makan, ulat tidak memiliki organ genital. Alat pencernaannya bahkan lebih kompleks daripada kupu-kupu," terang dosen Fakultas Teknik Universitas Lampung ini.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR