Dalam beberapa hari, pada 18 September, warga Skotlandia bakal menentukan masa depan mereka. Warga Skotlandia akan menuju tempat pemungutan suara untuk menjawab pertanyaan apakah Skotlandia tetap menjadi bagian dari Inggris, atau Skotlandia menjadi sebuah negara yang merdeka.
Pemenangnya masih harus ditunggu. Apakah kelompok pro-integrasi yang akan menjawab ”tidak” dalam referendum itu atau kelompok pro-kemerdekaan yang akan menjawab ”ya”.
Kedua kelompok berpacu dengan waktu mengumpulkan dukungan sebanyak-banyaknya menjelang pemungutan suara. Sejumlah selebritas terkenal Inggris dan Skotlandia pun turun tangan, termasuk penulis terkenal JK Rowling yang menyumbang sekitar Rp19 miliar untuk kampanye pro-integrasi.
Meski lahir di Inggris, Rowling menikah dengan pria Skotlandia dan tinggal di Edinburgh. Penulis buku laris Harry Potter ini secara terbuka mendukung kampanye ”Bersama Lebih Baik” yang dipimpin mantan Menteri Keuangan Inggris Alistair Darling, menyerukan agar Skotlandia tetap menjadi bagian Britania Raya.
Adapun kubu ”ya” dipimpin langsung Menteri Besar Skotlandia Alex Salmond, pemimpin Partai Nasional Skotlandia. Mereka berkampanye di empat kota untuk memenangi dukungan dan mengakhiri persatuan Skotlandia dan Inggris yang telah berlangsung selama 307 tahun.
!break!
”Skotlandia berdiri di titik puncak sejarah. Saya lebih yakin kini, rakyat Skotlandia akan mengatakan ’ya’ pada referendum bersejarah,” demikian Salmond dalam artikel yang dimuat harian Daily Record.
Ini bisa menjadi akhir persatuan Skotlandia dan Inggris yang telah berlangsung 307 tahun.
Hasil jajak pendapat masih mengunggulkan kelompok pro-integrasi, seperti yang dilakukan ICM untuk surat kabar Guardian.
Kelompok ”tidak” unggul dengan perbandingan suara 51:49. Survei yang dilakukan YouGov untuk Sunday Times juga mengunggulkan kubu pro-integrasi dengan suara 52 persen.
Raja James I
Hingga abad ke-15, hubungan dua kerajaan bertetangga, Skotlandia dan Inggris, kerap diwarnai pertempuran. Semuanya berakhir tahun 1603, saat Ratu Inggris Elizabeth I mangkat tanpa pewaris takhta. Kerabat terdekatnya adalah Raja Skotlandia James VI.
James VI kemudian dinobatkan sebagai James I, Raja Inggris dan Skotlandia, dalam momen yang dilihat sebagai tonggak penyatuan kedua kerajaan.
Seperti dikutip laman BBC, puncak penyatuan adalah Undang-Undang Penyatuan Tahun 1707, saat parlemen Skotlandia dan Inggris resmi membubarkan diri untuk bersatu, walau sebenarnya parlemen Inggris lebih menonjol karena perwakilan Skotlandia sangat sedikit.
Dari penyatuan itu berdirilah parlemen Britania Raya. Salah satu faktor pendorong Skotlandia bersatu dengan Inggris adalah kegagalan proyek Darien yang berupaya mendirikan koloni di Panama.
Kegagalan proyek yang menghabiskan lebih kurang seperempat jumlah uang yang beredar di Skotlandia membuat kerajaan itu bangkrut. Penyatuan dilakukan untuk memulihkan ekonomi, antara lain dengan memperoleh akses pada pelabuhan-pelabuhan Inggris di sejumlah wilayah koloni.
Sejarah akan dituliskan kembali jika pada 18 September mayoritas warga Skotlandia memilih untuk melepaskan diri. Setelah bertahun-tahun ide pemisahan disuarakan Edinburgh, London membuka peluang referendum untuk menyelesaikan masalah Skotlandia sekali dan untuk seterusnya.
Kubu ”ya” menganggap ini kesempatan terbaik untuk merdeka. Dengan modal cadangan minyak di Laut Utara, Skotlandia percaya diri dengan kemampuan mereka, terpisah dari Kerajaan Inggris. Namun, kalangan bisnis justru mengkhawatirkan terjadi ketidakpastian ekonomi. Dua bank utama Skotlandia menyatakan siap hengkang dan Inggris tak akan membiarkan Skotlandia begitu aja menggunakan mata uang poundsterling.
Bagaimana nanti sikap warga Skotlandia? Kita tunggu hasil referendumnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR