Ia menerima informasi terdapat donor paru-paru dan harus segera menjalani operasi. Pasalnya paru-paru tersebut tidak dapat bertahan lama di luar tubuh manusia.
Donor paru-paru yang tampaknya baik sudah dipersiapkan untuknya. “Saya bergegas menuju Newcastle,” kata Sharee.
Ternyata donor paru-paru berasal dari seorang wanita 55 tahun, perokok berat. Sharee harus memberikan keputusan cepat.
“Mungkin aku tidak dapat menerimanya. Namun mungkin saja ini kesempatan terakhirku [untuk hidup],” kenangnya. Tambah lagi, semasa hidupnya Sharee tidak pernah mencoba merokok, berbanding terbalik dengan donor yang akan diterimanya.
Paul Corris, ahli jantung dan transplantasi paru-paru dari Newcastle University dan Rumah Sakit Freeman mengatakan kekhawatiran bahwa penerima donor mungkin saja tidak menerima paru-paru perokok yang berpotensi mengidap kanker.
Sementara James Neuburger berpendapat bahwa hasil penerima non-perokok donor paru-paru dari perokok mungkin berpotensi mengidap kanker lebih kecil.
Setelah menjalani transplantasi, Sharee mengalami peningkatan kesehatan luar biasa. “Satu minggu setelah operasi, saya semakin kuat. Rasanya luar biasa dapat bernapas tanpa alat bantu,” ujarnya.
Walau ia menerima paru-paru dari perokok berat, Sharee merasa itulah anugrah yang harus disyukurinya.
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR