"Saya mengucapkan terima kasih kepada gereja dan meminta maaf karena kebaktiannya ditunda," kata Ketua takmir Masjid Agung, Zainuddin Muchit, kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Kamis (9/10).
Zainuddin mengutarakan "permintaan maaf" itu di hadapan jemaat shalat Idul Adha.
Menurut dia, dia harus minta maaf kepada jemaat gereja itu karena dia membayangkan penundaan tersebut akan mengganggu jadwal para jemaah gereja tersebut.
"Biasanya kebaktian jam 6 dan 7 pagi, dan sekarang harus ditunda pukul 9 pagi, padahal mungkin setelah itu mereka ada acara lain dan janjian dengan orang lain," jelasnya.
Sementara pendeta GPIB Immanuel, Emmawati Balue, mengatakan, pihaknya sejak awal sudah mengetahui bahwa jadwal ibadah mereka akan berbarengan.
"Jadi kami otomatis agar ibadah pagi diatur, waktunya disesuaikan lagi. Kami sebelumnya sudah beritahu umat (adanya penundaan dan alasannya)," kata Emmawati kepada BBC Indonesia, Rabu (8/10).
Bertetangga lebih dari seratus tahun
Sebagai tetangga, menurut Zainuddin dan Emmawati, sikap saling menenggang rasa dan menghormati seperti itu sudah dilakukan sejak lama dan tidak pernah menjadi masalah.
"Kami itu bertetangga sudah lebih dari seratus tahun," kata Ketua takmir Masjid Agung, Zainuddin Muchit.
"Dalam ajaran Islam, walaupun ada perbedaan agama, tetangga itu harus dihormati," kata Zainuddin yang telah aktif di masjid itu sejak tahun 1980-an.
Sementara pendeta Gereja Protestan Indonesia di bagian Barat (GPIB Immanuel), Emmawati Balu, mengatakan, mereka selama ini selalu berhubungan baik dengan pimpinan masjid tersebut.
"Karena kami menyadari kita kan ibarat rumah, kita bertetangga bersebelah rumah," kata Emmawati yang lulusan Sekolah Tinggi Teologi, STT, Jakarta (1993), kepada BBC Indonesia.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR