"Buat saya, itulah kebahagiaan yang bisa kita bagi sebagai sesama anak bangsa," tambahnya.
Itulah sebabnya, apabila pihak Gereja Immanuel menggelar ibadah yang dihadiri jemaat yang jumlahnya besar, mereka dapat memarkir mobil atau motor hingga di sekitar Masjid Agung, kata Emmawati.
"Juga menjelang perayaan Natal, teman-teman pengurus masjid, atau remaja masjidnya, ikut menjaga keamanan gereja," ungkapnya memberi contoh.
Siapa wartawan yang melaporkan?
Sikap saling menghormati yang ditunjukkan pimpinan dua tempat ibadah itu tidak akan banyak diketahui orang, apabila tidak ada wartawan yang memberitakan dan membagikannya di media sosial.
Restu Indah adalah penyiar dan wartawan Radio Suara Surabaya yang mendengarkan langsung "permintaan maaf" sang takmir masjid.
Restu, yang saat itu sedang libur, tetapi kemudian memutuskan untuk melaporkan dan menuliskannya di media sosial karena menganggap peristiwa itu penting.
"Saya ingin menyampaikan ini karena momentum yang luar biasa buat umat Islam dan toleransi yang besar dari umat Nasrani," kata Restu kepada BBC Indonesia, Kamis (9/10) malam.
Menurut dia, contoh baik yang ditunjukkan dua pimpinan tempat ibadah ini sangat tepat momentumnya ketika muncul aksi kekerasan sebuah kelompok yang mengatasnamakan agama di Jakarta belakangan.
"Di saat ada ramai-ramai di Jakarta, di suatu kota kecil (Malang), ada informasi yang menyejukkan buat warga Indonesia yang heterogen secara agama," katanya.
"Artinya, Indonesia itu tidak ada apa-apa (konflik mengatasnamakan agama), tapi kadang-kadang kita terprovokasi. Padahal, kita sebetulnya damai-damai saja," tambah Restu yang dibesarkan di Kota Malang.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR